Humbahas - Para petani Kemenyan Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, ikut merasakan dampak pandemi Covid-19.
Organisasi Pelestari Petani Kemenyan Indonesia (OPPKI) di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Humbahas menyebut hingga Rabu, 12 Agustus 2020, harga kemenyan super sebelum pandemi dijual Rp 300 ribu per kilogram. Kini hanya terjual Rp 200 ribu per kilogram.
“Kemenyan Toba sekarang harganya turun lagi. Pandemi bikin tauke (pengepul) susah menggeser kemenyan ke luar kota dan membuat kemenyan tertahan di gudang,” kata Sekretaris OPPKI Humbahas Edianto Robertus Munthe melalui sambungan telepon, Rabu, 12 Agustus 2020 kemarin.
Edianto mengatakan, turunnya harga kemenyan juga menurunkan semangat para petani Kemenyan Toba. Karena selama ini para anggota OPPKI yang tinggal di Humbahas menggantungkan hidup dari getah Kemenyan Toba. Beruntung, bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah masih menyasar hampir seluruh anggota.
Kalo sekarang padiku lah yang aku urus, karena padi ini kan engga turun harganya meskipun lagi corona
“Kemenyan Toba ini adalah tanaman yang perawatannya rumit, harus dikikis dulu batang pohonnya. Dipukul-pukul, panen berikutnya harus menunggu 6-8 bulan lagi, sudah gitu belum tentu pula getah yang dihasilkan berkualitas super. Kalau getah yang dihasilkan berkualitas jelek atau abu, itu cuma laku Rp 80 ribu aja sekilo. Dikumpulkan pun seminggu paling dapat cuma 5 kilogram, kan belum cukup untuk kebutuhan rumah,’’ kata Edianto.
Tidak semua kemenyan bisa menghasilkan getah yang berkualitas super. Getah kemenyan disebut sempurna apabila menggumpal di sekitar lubang, bukan memanjang atau menetes di pokok. Hal ini berlaku untuk Kemenyan Toba jenis parbue dan silobu.
Jaminter Manullang, 56 tahun, seorang petani Kemenyan Toba juga mengeluhkan hal sama. Dia bahkan memilih untuk tidak menyadap pohon kemenyannya sampai harga Kemenyan Toba kembali berada di atas Rp 300 ribu per kilogram.
Jaminter memilih untuk mengurus padi di sawahnya. Padi menjadi pilihan karena salah satu komoditas yang harganya tidak turun meskipun sedang masa pandemi.
“Kalo sekarang padiku lah yang aku urus, karena padi ini kan engga turun harganya meskipun lagi corona,” kata Jaminter.
Para petani Kemenyan Toba di Humbahas kini mencari alternatif tanaman muda yang harganya cenderung stabil meski sedang masa pandemi Covid 19.
“Kalo ada modalku sikit lagi, aku mau nanam kentang, soalnya kentang ini kan selalu tinggi harganya, kayak hari ini Rp 15 ribu sekilo, kan lumayan,” tutur Jaminter.[]