Akedemisi Unand Dorong Motif Batik Modern di Bukittinggi

Sejumlah gerai Batik di Kota Bukittinggi terus berinovasi untuk menarik minat wisatawan berbelanja. Akademisi Unand dorong lahirnya motif modern.
Selain melahirkan motif batik terbaru, Butik La Linda juga mengolah limbah kain menjadi kerajinan bernilai jual tinggi. (Foto: Tagar/Arsip La Linda Boutique)

Bukittinggi – Kondisi pandemi Covid-19 tidak menyurutkan niat para perajin batik tradisional Minangkabau untuk terus berbenah. Sejumlah gerai Batik yang ada di Kota Bukittinggi terus berinovasi untuk menarik minat wisatawan berbelanja, salah satunya dengan motif-motif batik modern yang didukung oleh akademisi Universitas Andalas (Unand). 

Penelusuran Tagar ke Butik La Linda yang beralamat di Jalan Dr Rivai Nomor 38, Kota Bukittinggi menyajikan beragam kegiatan untuk melahirkan motif-motif baru. Sejumlah generasi muda terlihat mengambil peran. Selain mengukir motif baru, mereka juga mengkombinasikan limbah kain menjadi kerajinan menarik.

"Selain diajar menjahit dan mendesain motif-motif batik terbaru, anak-anak magang dari sekitaran Kota Bukittinggi yang ada di sini juga dilatih membuat kerajinan tangan dari limbah sisa-sia jahitan kain. Sedikitnya ada 30 anak magang terampil dalam setahun," ujar Linda Purnama, pemilik Butik La Linda, Sabtu, 19 Desember 2020.

Butik La Linda yang berdiri sejak tahun 2002 silam makin berkembang di bawah pembinaan sejumlah akademisi. Linda Purnama sebelumnya hanya melayani orderan jahitan dari orang perorang. Beberapa tahun belakangan, dia dilibatkan dalam beragam pelatihan dan workshop. Termasuk, pembelajaran studi banding ke sejumlah pusat batik di Pulau Jawa.

Diketuai Ratni Prima Lita beranggotakan Chairunnisya dan Devi Yulia Rahmi, kini motif yang sudah dimiliki oleh Butik La Linda mendapatkan bimbingan ekslusif melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai oleh Unand.

“Ketersediaan motif yang lebih modern masih terbatas. Selama ini hanya mengandalkan motif tradisional saja. Karena itu kami ingin usaha kreatif Butik La Linda ini semakin berkembang,” ujar Ratni Prima Lita yang juga Guru Besar Manajemen Unand itu.

Permasalahan lain yang kini dihadapi Butik La Linda, kata Ratni, yaitu kapasitas produksi yang masih terbatas. Hal ini berujung pada menurunnya kontrol kualitas saat permintaan pasar meningkat drastis.

Melalui pengabdian masyarakat yang didukung oleh LPPM Unand ini Ratni Prima Lita menargetkan munculnya 25 hingga 30 motif batik modern terbaru.

“Selera masing-masing pelanggan telah kami dikumpulkan melalui sebuah bank data. Ini nanti akan bermanfaat untuk menyebarluaskan pasar," sebut Profesor kelahiran Mungka, 31 Maret 1971 silam ini.[]

Berita terkait
Masker Batik Tiga Lapis Sekali Pakai Pertama di Indonesia
Masker kini menjadi kebutuhan pokok saat pageluk dan era normal baru. Kini di Indonesia hadir masker trendi motif batik tiga lapis sekali pakai.
Menteri Pariwisata Wishnutama Tidak Kreatif, Seniman Kecewa
Seniman Butet Kartaredjasa, menyebut langkah Menparekraf Wishnutama memberikan BLT kepada seniman adalah bentuk kebijakan yang tidak kreatif.
Tips Tampil Cantik saat Kuliah Online dari Dosen Muda Unand
Meski kuliah online, tetap tampil maksimal merupakan kewajiban bagi dosen muda Universitas Andalas (Unand) Padang ini.