Oleh: Vanessa Garcia
TAGAR.id - Musim Formula 1 tahun 2023 baru saja dimulai, tetapi Lewis Hamilton, pembalap Marcedez, telah membuat pernyataan tentang masalah sosial.
Dia telah menunjukkan dukungan untuk komunitas LGBTQ+ dengan memakai helm dengan simbol pelangi untuk Grand Prix Bahrain pada 3-5 Maret 2023.
Keputusan pebalap Inggris tersebut rupanya disambut baik oleh FIA dan oleh ketua F1, Stefano Domenicali, yang mengatakan kepada Autosport bahwa dia menyukai helm tersebut.
Tampaknya, untuk saat ini, semuanya ada di atas papan dan helm tidak menunjukkan pelanggaran peraturan.
Juara dunia tujuh kali itu jelas tentang perannya dan peran F1 dalam isu-isu kepentingan sosial, terutama negara-negara yang dikenal sebagai rezim hak asasi manusia yang represif.
Formula 1 telah balapan di Bahrain sejak 2004 dan Domenicali mengatakan dia mengetahui situasi di negara tersebut, bahkan mengklaim bahwa kehadiran F1 telah menjadi faktor penentu dalam membawa beberapa perubahan positif di wilayah tersebut.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah saya tahu apakah itu menjadi lebih buruk atau tidak, tetapi saya tidak yakin itu menjadi lebih baik sementara kami telah datang selama ini," kata Hamilton.
"Saya selalu merasa kami memiliki tanggung jawab dan jika olahraga akan pergi ke negara-negara ini, kami berkewajiban untuk meningkatkan kesadaran dan mencoba memberikan dampak positif di tempat-tempat ini.”
Pandangan itu tidak selalu dibagikan di antara olahraga, apakah itu tim atau orang-orang di posisi tinggi, tetapi lebih banyak yang harus dilakukan, tidak diragukan lagi."
Sirkuit Bahrain (Foto: f1experiences.com)Akankah Lewis Hamilton mendapat sanksi di Bahrain?
Meski Lewis Hamilton tidak melanggar peraturan FIA tentang pembalap yang membuat pernyataan politik, pria Mercedes itu masih berselisih dengan FIA terkait pemakaian perhiasan.
Namun, sekali lagi, dia tampaknya bebas setelah diberikan pengecualian medis untuk memakai tindik hidungnya menyusul laporan dari dokter tim Mercedes. (marca.com). []