Rendah Komitmen Pemerintah Desa di Jepara Soal SID

Selain komitmen, lanjut Zulaekhah, beberapa kendala sehingga SID di Jepara tak berkembang. Diantaranya potensi sumberdaya operator, letak geografis desa

Jepara, (Tagar 24/11/2017) - Pemanfaatan Sistem Informasi Desa (SID) belum optimal di seluruh desa yang ada di Jepara, Jawa Tengah. Padahal, dengan kucuran dana desa yang begitu besar, semestinya hal itu bisa diwujudkan dengan mudah.

Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsospermades) Jepara menduga, kurangnya komitmen dari pemerintah desa menyebabkan hal tersebut.

"Padahal keuntungannya banyak, dengan SID potensi desa bisa diekspose pada khalayak luar. Namun selama ini hal itu masih bergantung sepenuhnya pada operatornya apakah aktif membuat konten atau tidak," kata Zulaekhah Almunawaroh Kasi Penguatan Perencanaan Pembangunan Partisipasi Dinsospermades Jepara, Jumat (23/11).

Ia mengatakan, 184 desa di Jepara telah dibekali website dari pemerintah pusat. Namun eksekusi pemanfaatannya jauh berbeda. Ada website desa yang penuh dengan konten sedangkan yang lain masih kosong.

Selain komitmen desa, lanjut Zulaekhah, ada beberapa kendala sehingga SID di Jepara hingga kini tak berkembang. Diantaranya potensi sumberdaya operator, letak geografis desa, dan tidak adanya operator khusus.

"Selama ini operatornya masih sering bertugas ganda dan seringkali berganti-ganti tidak tetap. Terkait letak geografis hubungannya dengan sinyal internet. Kemarin sebenarnya sudah ada provider yang sanggup melayani daerah pelosok, namun saat dihubungi justru (provider) tidak konsisten. Solusinya adalah membuat sambungan melalui modem atau numpang wifi," ujarnya.

Oleh karenanya, Dinsospermades bekerjasama dengan Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan (BP2DK) Jakarta, seringkali melakukan pelatihan.

Selain memaksimalkan fungsi operator SID, pelatihan itu bertujuan mengenalkan integrasi sistem antara SID dengan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dan Kelurahan (Prodeskel). (alf)

Berita terkait
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja