Pemuda Batak Se-Jabodetabek Kutuk Penganiayaan Aktifis Lingkungan di Samosir

Naposo (Pemuda) Batak se-Jabodetabek mengutuk keras aksi premanisme yang dilakukan pengusaha tambang tersebut, yang notabene saudara dari Bupati Samosir.
Pertambangan di Samosir (Foto: Ant)

Jakarta, (Tagar 16/8/2017) - Aksi premanisme yang berhadapan dengan isu lingkungan kembali terjadi. Kali ini menimpa aktivis pecinta Danau Toba Sebastian Hutabarat dan Johannes Marbun. Mereka babak belur dihajar para pekerja tambang di Silimalombu, Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Selasa (15/8) kemarin.

Ceritanya, Sebastian dan Johannes berada di Onan Runggu sejak Senin sore untuk melihat potensi Kabupaten Samosir. Keduanya berada di sana sebagai perwakilan dari Yayasan Pecinta Danau Toba (YPDT). YPDT sedang menjalin kerjasama dengan relawan dari luar terkait pariwisata berbasis masyarakat.

Kepada wartawan yang menanyainya di Polres Samosir, Johannes mengatakan, Selasa pagi mereka rencananya akan menyeberang ke Ajibata dari Tomok. Menunggu waktu jam 09.00 Wib berangkat menuju Tomok, mereka berdua melihat-lihat lingkungan sekitar mereka tinggal. Mereka kemudian masuk ke areal pertambangan batu yang diduga milik Jautan Simbolon (JS), abang Bupati Samosir.

“Di sana tidak ada pagar pembatas. Jadi saat kami masuk, JS sedang menerima telepon. Kami salaman. Karena JS asyik berbicara di handphone-nya, kami melihat-lihat lokasi tambang. Setelah menutup teleponnya JS mendekati kami dan berdiskusi,” kata Johannes.

Saat diskusi, Sebastian menyinggung terkait adanya riak-riak penolakan tambang batu yang dikelola JS. Diskusi pun memanas dan JS memaki-maki Sebastian dengan kata-kata yang tidak santun.

Karena suasana memanas, keduanya kemudian undur diri dan masih sempat salaman dengan JS. Namun saat itu juga terjadi penganiayaan yang dilakukan anak buah JS.

Keduanya dikeroyok beramai-ramai oleh para pekerja tambang tersebut. Bibir bagian atas sebelah kanan Sebastian mengalami luka robek. Selain dipukuli, mereka juga mendapat makian dan bahkan celana Sebastian dipelorotin anak buah JS.

Hal yang sama dialami Johannes. Dia dikejar-kejar dan bahkan hendak dipukul dengan balok kayu. Beruntung, ada anak buah JS lainnya yang mencegah pemukulan tersebut.

Kasus penganiayaan tersebut kini sudah ditangani Polres Samosir.

Aksi penganiayaan yang dialami kedua aktifis lingkungan ini mendapat respon dari berbagai kalangan.

Darman Siahaan yang mewakili Naposo (Pemuda) Batak se-Jabodetabek mengutuk keras aksi premanisme yang dilakukan pengusaha tambang tersebut, yang notabene saudara dari Bupati Samosir.

Menurut Darman aksi penganiayaan tersebut menunjukkan daerah Kabupaten Samosir masih dikuasai oleh pengusaha dan penguasa yang menggunakan cara-cara premanisme.

Pegiat Danau Toba lainnya yang minta namanya ditulis dengan inisial BS menambahkan kasus penganiayaan ini adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Menurut BS, kedua aktifis lingkungan tersebut tak punya kepentingan apa-apa dengan pertambangan tersebut dan hanya sekadar diskusi dengan pemilik pertambangan itu. “Kita serahkan saja kepada pihak penegak hukum agar diproses,” ujar BS.

BS menambahkan YPDT sudah mempunyai tim hukum yang dipimpin Sandi Situngkir dan tim litigasi yang dikoordinatori oleh Robert Paruhum Siahaan. Tim hukum dan litigasi ini, kata BS, akan melakukan pendampingan dan berbagai upaya menangani kasus penganiayaan tersebut. (Fet)

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.