Wisatawan China Kembali Berkunjung ke Destinasi Wisata Global

Daerah tujuan wisata kini berebut menarik minat wisatawan China, yang merupakan kelompok pelancong terbesar
Ilustrasi - Wisatawan China di Paris, Prancis (Foto: dw.com/id - Ph Lavieille/MAXPPP/IMAGO)

TAGAR.id - Ketika perekonomian melemah, wisatawan mengurangi belanja barang-barang bermerek dan hotel mewah. Daerah tujuan wisata kini berebut menarik minat wisatawan China, yang merupakan kelompok pelancong terbesar. Nik Martin melaporkannya untuk DW.

Hampir setahun setelah Beijing menghentikan pengawasan ketat zero COVID, warga China kembali memesan perjalanan internasional dalam jumlah besar.

Pada paruh pertama tahun 2023, jumlah wisatawan ke luar negeri dari China mencapai 40,3 juta, menurut data statistik resmi. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada paruh kedua tahun ini. Tapi jumlah itu masih jauh dari 155 juta perjalanan keluar negeri yang dilakukan wisatawan China daratan pada 2019, sebelum pandemi corona melanda.

Wisatawan China telah memberikan keuntungan besar bagi pariwisata global, karena mereka sering menjadi pengunjung dengan pengeluaran tertinggi di dunia, menikmati hotel mewah, tur, suvenir, dan merek-merek desainer kenamaan.

Pada tahun 2019, wisatawan China membelanjakan lebih 255 miliar dolar AS saat berada di luar negeri, menurut konsultan bisnis McKinsey & Company. Angka tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran warga Amerika Serikat, dan tiga kali lipat dibandingkan pengeluaran warga Jerman.

turis china di malaysiaIlustrasi - Keindahan Malaysia: Wisatawan China berpose bahagia di Malaysia yang merupakan tujuan populer wisatawan China. (Foto: thestar.com.my)

Turis sekarang lebih hati-hati berbelanja

Namun kini perekonomian China sedang berjuang untuk pulih sepenuhnya dari pandemi. Masa pandemi juga banyak menguras tabungan rumah tangga. Sebuah survei dari London awal November menemukan bahwa jumlah wisatawan China yang mengunjungi London hanya berkurang 2% dari angka tahun 2019. Namun pengeluaran mereka turun sebesar 58%, menurut New West End Company, sebuah perusahaan promosi wisata di London.

Karena itu, ada kelompok lobi yang mendesak pemerintah Inggris untuk mengembalikan skema belanja bebas pajak bagi wisatawan non-Uni Eropa, yang dihapuskan pada tahun 2020. Seperti yang berlaku di banyak negara tujuan wisata, wisatawan bisa mendapatkan kembali pajak penjualan barang, yaitu pajak pertambahan nilai (PPN) ketika meninggalkan negara itu. PPN biasanya berkisar antara 14-20 persen harga barang yang dijual.

Namun lembaga riset pasar Tourism Economics memperkirakan, kebijakan itu belum tentu langsung meningkatnya jumlah wisatawan. "Perkiraan peningkatan pendapatan yang berkelanjutan dan munculnya kelas perjalanan berarti bahwa dalam 10 tahun ke depan, kami memperkirakan akan ada tambahan 60 juta rumah tangga China per tahun yang ingin melakukan perjalanan, baik di dalam negeri maupun internasional,” kata Dave Goodger, direktur pelaksana untuk Eropa dan Timur Tengah di Tourism Economics, kepada DW.

Turis ChinaIlustrasi - Turis asal China di Tanah Lot, Bali. (Foto: travelwirenews.com/Amilia Rosa)

Motor pertumbuhan sektor wisata

Goodger mengatakan, selama 10 tahun ke depan, wisatawan China diperkirakan akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perjalanan jarak jauh ke Eropa dalam hal kunjungan dan pengeluaran, melampaui Amerika Serikat sebagai pasar wisata terpenting.

Meskipun belakangan angka wisatawan meningkat, Tourism Economics menemukan bahwa perjalanan jarak jauh ke destinasi di seluruh Eropa masih 43% di bawah perkiraan sebelum tingkat pandemi. Terutama wisatawan dari Asia, dan khususnya dari China, belum banyak yang kembali.

Dave Goodger berpendapat, pemulihan penuh angka wisatawan dari China ke Eropa bisa memakan waktu hingga dua tahun. "Kami mengantisipasi volume perjalananChina akan kembali ke level tahun 2019 pada tahun 2025,” katanya kepada DW. "Pemulihan penuh destinasi jarak jauh diperkirakan baru akan terjadi pada tahun 2026, terutama untuk perjalanan ke Eropa, mengingat perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan Timur Tengah.”

Data dari lembaga penyedia data perjalanan global OAG menunjukkan, penerbangan dari China ke Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan Taiwan pulih jauh lebih cepat dibandingkan penerbangan ke Prancis, Italia, dan Amerika Serikat, walaupun semuanya masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi COVID. (hp/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Presiden Jokowi Pastikan Tak Ada Pembatasan Saat Banjir Turis China pada Februari 2023
Presiden Jokowi menegaskan pemerintah tidak akan melakukan pembatasan terhadap kedatangan turis China
0
Pasukan TNI AL Lhokseumawe Rayakan Hari Armada RI di Atas Kapal
Peringatan Hari Armada RI Tahun 2023 bertemakan, “Armada Membangun Kekuatan Laut Nusantara Menuju Indonesia Maju”