Halo Tagarians, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyoroti fenomena buzzer. Menurutnya buzzer sengaja hadir dan mendapat ruang dalam kampanye pemilu untuk menyampaikan segala hal positif kandidat yang didukungnya. Mereka juga dipersiapkan untuk mengkritisi kekurangan para kandidat lain yang menjadi lawannya.
Mestinya, kata JK, panggilan Jusuf Kalla, kerja mereka berhenti setelah pemilu selesai karena sudah ada pihak yang menjadi pemenangnya. Tapi yang terjadi kemudian justru buzzer menjadi geng yang terus dipelihara, dibayar untuk membuli siapa yang mengkritik.
"Jadi tolonglah siapa itu yang bisa memperbaiki. Sebab sumber segala kekacauan adalah buzzer-buzzer itu. Seharusnya sudah lah, tidak perlu lagi ada pencitraan yang macam-macam. Tidak perlu lagi merusak nama orang, biar demokrasi berjalan dengan baik," kata JK.
Jusuf Kalla mengatakan hal tersebut pada Selasa, 23 Februari 2021. Dan pada Senin, 26 Juli 2021, mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean membahas pernyataan JK tersebut.
"Orang jahat pasti tak akan nyaman dengan keberadaan orang-orang yang membongkar kejahatan mereka hingga mereka menyebutnya buzzer," kata Ferdinand di akun Twitter-nya, Senin.
"Orang baik yang cinta kebenaran, cinta bangsanya pasti akan terus bersuara membela negerinya meski disebut buzzer," kata Ferdinand pula.
"Saya dan Anda buzzer? Ngga apa-apa untuk Indonesia," katanya pula.
Untuk membahas hal tersebut lebih lanjut, Pemimpin Redaksi Tagar.id Siti Afifiyah mewawancarai Pegiat Media Sosial Eko Kuntadhi.