Tradisi Masyarakat Tengger, Misteri Penghuni Gunung Bromo

Upacara hari Karo merupakan upacara pemindahan pusaka keramat, sangat dihormati dan dikeramatkan.
Gunung Bromo kini menjadi wisata alam di Probolinggo, Jawa Timur. (Foto: instagram/gunungbromo)

Jakarta, (Tagar 21/2/2019) - Konon, Tengger berasal dari kaka roro anteng (tenang), dan Joko Seger (segar) kata yang berasal dari dua orang suami isteri, kemudian menurunkan masyarakat Tengger.

Alkisah, seorang putri yang bernama Roro Anteng, keturunan golongan bangsawan menikah dengan seorang perjaka dari orang biasa. Menjalin cinta kasih dalam biduk rumah tangga. Mereka memiliki anak 25 orang.

Tinggal disekitar Gunung Bromo, mereka dilanda api kawah yang membumbung tinggi ke angkasa, saat sedang murka. Saat itu pula anak paling sulung dari anak mereka terjilat oleh semburan api. Betapa sedih hati keluarga yang ditinggalkannya.

Setelah kepergiannya, suatu saat terdengar suara rintihan tangis dalam kawah Bromo itu, dengan permintaan agar keluarga dan saudara-saudaranya mau mengirimkan minuman serta makanan.

Mendengar itu mereka pergi mendekati kawah dan menceburkan makanan serta minuman kedalam kawah gunung Bromo itu. Itulah yang menjadi sejarah awal bagi masyarakat Tengger selalu mengirimkan makanan dan minuman.

Tradisi itu dikenal dengan nama upacara hari Kesada. Upacara dilaksanakan masyarakat Tengger berbondong-bondong mendaki gunung Bromo. Kini menjadi salah satu wisata budaya yang unik di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Upacara yang berlangsung dalam setahun sekali itu, kini telah berubah, sesaji diberikan berupa harta benda uang, rokok, sayuran, ternak, dan barang-barang lain sesuai dengan kekayaan masing-masing.

Disamping upacara Kesada, maka masyarakat Tengger juga memiliki tradisi Hari Karo. Hari Karo sama halnya dengan hari Raya Idul fitri bagi umat Islam dan Hari Natal bagi umat Kristiani. Penyelenggaraannya lebih besar dari upacara Kesada.

Upacara hari Karo merupakan upacara pemindahan pusaka keramat yang disebut Kelontong, sangat dihormati dan dikeramatkan. Pusaka Kelontong merupakan jimat atau pusaka orang Tengger. Berwujudkan kumpulan barang kuno antara lain, 8 buah senjata lembing, beberapa keping uang logam kuno, dan tempayan dari kayu, yang semuanya itu misterius.

Barang-barang misterius itu hanya kepala Dukun yang boleh mengetahui bentuk dan warnanya. Barang-barang pusaka itu bercerita mengenai kejayaan suku Tengger di masa lalu yang masih terjaga hingga sekarang.

Meskipun menjadi salah satu yang paling aktif di Indonesia, mendaki Gunung Bromo menjadi pilihan para wisatawan untuk dapat melihat langsung kawahnya dan melihat kepulan asap putih yang berbau belerang itu.

Selain dapat menikmati keindahan alam para pelancong akan dimanjakan oleh hangatnya sambutan masyarakat. Mereka suka menolong dan menerima baik orang yang datang bertamu.

Gunung Bromo kini menjadi wisata alam di Probolinggo, Jawa Timur yang mampu meningkatkan wawasan mengenai kekayaan budaya Nusantara. []


Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.