TAGAR.id, Rabat, Maroko - Tim arkeolog telah menemukan reruntuhan pemandian umum besar Romawi kuno di dekat Rabat, Maroko. Membentang seluas 2.000 meter persegi, para ahli memperkirakan kompleks ini berasal dari abad kedua Masehi dan mungkin yang terbesar di negara itu.
Chellah adalah Situs Warisan Dunia UNESCO seluas 3,15 kilometer persegi. Luas situs itu hampir lima kali ukuran Pompeii.
Setelah empat bulan melakukan survei dan penggalian baru, Institut Nasional Ilmu Arkeologi dan Warisan (INSAP - ) menemukan reruntuhan pemandian air panas umum yang besar. Dengan luas permukaan setidaknya 2.000 meter persegi, ini adalah bangunan termal terbesar yang diketahui dari Maroko kuno.
Tim peneliti berkonsentrasi pada zona di dalam situs Chellah yang masih belum tersentuh sejak 1960-an. Tujuan mereka adalah mengidentifikasi batas-batas kota kuno Mauritania-Romawi, mempelajari sistem pertahanannya dan menemukan lokasi pelabuhan kuno.
“Di kawasan ini kami menemukan sejumlah bangunan seperti kawasan pelabuhan. Ini adalah penemuan yang sangat penting karena merupakan yang pertama di kawasan tua Sala,” kata Abdelaziz Khiyari, profesor arkeologi pra-Islam di Institut Nasional Ilmu Arkeologi dan Warisan.
“Kami juga menemukan bagian tembok yang mengelilingi kota yang dibangun untuk mempertahankannya. Di area ini, kami juga menemukan pemandian umum besar yang mungkin merupakan pemandian umum terbesar di Maroko. Ini adalah pemandian penting yang dihiasi marmer, sementara dindingnya ditutupi lukisan dinding. Di pemandian ini kami juga menemukan patung marmer yang melambangkan dewa Romawi,” imbuhnya.
Tim peneliti juga menemukan pemakaman, yang diidentifikasi melalui penemuan makam jenis kolumbarium, satu-satunya di sekitar lokasi. Sebuah makam pembakaran, awalnya dilengkapi relung kecil untuk menampung guci yang berisi arang tulang manusia dan perabotan penguburan.
Temuan ini menunjukkan jalan menuju salah satu tujuan utama tim peneliti, yakni menemukan distrik pelabuhan kota kuno itu. Penggalian mengungkapkan ada ruang beraspal yang luas, namun pelabuhannya belum ditemukan.
“Kini, kami memiliki peta bawah tanah dan kami tahu persis ke mana kami harus pergi untuk melakukan penelitian. Ini adalah langkah maju besar yang akan memiliki dampak yang sangat penting karena untuk pertama kalinya, tim yang semuanya orang Maroko dari berbagai bidang, bekerja secara serempak dengan menggunakan teknik-teknik modern yang memungkinkan kami melakukan penggalian dengan standar internasional,” kata Profesor Abdeljalil Bouzouggar, Direktur INSAP.
Anggaran 10 juta Dirham Maroko ($1 juta) telah dialokasikan untuk proyek ini selama 10 hingga 15 tahun ke depan oleh Kementerian Pemuda, Komunikasi dan Kebudayaan guna memungkinkan penggalian lebih lanjut.
“Ini adalah bagian dari sejarah Afrika Utara dan Kerajaan Maroko yang tidak diketahui karena kurangnya detail. Ini baru permulaan karena babak baru, baru saja dibuka,” kata Menteri Pemuda, Komunikasi dan Kebudayaan, Mohamed Mehdi Bensaid. Ia menambahkan, “Bagi saya dan para ahli, pekerjaan ini akan berlangsung setidaknya sepuluh tahun atau bahkan lebih. Yang menarik adalah pada tahun-tahun mendatang, setiap kali ada penemuan baru, kita akan mengetahui lebih banyak tentang bagaimana kehidupan pada saat itu dan bagaimana nenek moyang kita hidup,” kata Mohamed Mehdi Bensaid.
Para ahli percaya bahwa daerah tersebut pertama kali dihuni oleh bangsa Fenisia dan menjadi pos terdepan kekaisaran Romawi dari abad kedua hingga kelima. Pemakaman yang dibentengi dan permukiman di sekitarnya dibangun di dekat Samudera Atlantik di tepi sungai Bou Regreg. (ka/ab)/Associated Press/voaindonesia.com. []