Teroris Tidak Ikut, Kronologi Kaburnya Narapida Lapas Palu Ketika Gempa

"Tak lama, tiba-tiba air keluar dari dalam tanah. Mereka akhirnya kabur melalui blok yang roboh," kata Utami.
Warga mengambil barang yang ada di mall PGM pascagempa dan tsunami di wilayah Talise, Palu Barat, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). (Foto: Ant/Muhammad Adimaja)

Jakarta, (Tagar 1/10/2018) – Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami mengungkapkan kronologis kaburnya para narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Palu, Sulawesi Tengah, akibat gempa 7,4 skala Richter pada Jumat (28/9).

"Awalnya kondusif, para narapidana dikumpulkan di lapangan dan para petugas di tengah lapangan," kata Utami saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10).

Dirjen Pemasyarakatan yang baru balik Minggu (30/9) malam dari Palu ini menceritakan, para narapidana mulai panik setelah pagar ambruk dan berlanjut dua blok bangunan Lapas runtuh.

"Tak lama, tiba-tiba air keluar dari dalam tanah. Mereka akhirnya kabur melalui blok yang roboh," kata Utami.

Sri Puguh Budi UtamiDirjen PAS Sri Puguh Budi Utami saat konferensi pers terkait kaburnya narapidana akibat gempa 7,4 skala righter dan tsunami di Palu dan Donggala yang terjadi pada Jumat (28/9) di Jakarta, Senin (1/10/2018). (Foto: Ant/Joko Susilo)

Dia mengungkapkan, kaburnya para narapidana ini juga akibat mendengar ambruknya bangunan Hotel Roa-Roa yang berjarak sekitar 50 meter, ini yang membuat mereka panik takut tertimpa bangunan Lapas.

Utami menyebutkan, tidak ada korban jiwa dari tahanan dan narapidana akibat bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala ini.

Sebanyak 1.420 tahanan dan narapidana yang kabur, sebut Utami, di antaranya dari Lapas Palu sebanyak 515 orang (581 narapidana hanya tersisa 66 orang), Rutan Palu sebanyak 410 tahanan (diisi 463 tahanan yang tersisa hanya 53 orang), Lembaga Pemasyarakatan Khusus Perempuan (LPP) Palu sebanyak 72 narapidana (diisi 83 narapidana ditambah tiga bayi, tersisa sembilan orang), Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palu 24 orang (diisi 29 anak tinggal lima warga binaan), dan Lapas Donggala 342 narapidana kabur semua.

Utami juga mengungkapkan, tidak ada tahanan dan narapidana teroris yang kabur karena sebelum gempa di Palu dan Donggala, pihaknya sudah memindahkan mereka ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

"Dua hari sebelum kejadian gempa bumi 7,4 skala Richter dan tsunami di dua daerah itu, lima tahanan teroris sudah dipindah dari Palu ke Nusakambangan," kata Utami.

Dia menjelaskan, para tahanan dan narapidana yang kabur itu terkait dengan kasus narkotika dan kasus pidana lainnya.

Kaburnya para tahanan dan narapidana ini, kata Utami lagi, karena secara naluriah butuh keselamatan jiwa dan juga khawatir keadaan keluarga mereka di luar.

Saat ini terdapat 15 UPT di wilayah Sulawesi Tengah dan delapan di antaranya terkena dampak gempa. Total penghuni di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 3.220 dan yang berada di luar saat ini sebanyak 1.420, sehingga yang tersisa 1.795 narapidana dan tahanan. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.