Tebing Breksi, Pemerintah Melarang Warga Berkreasi

Tebing Breksi, pemerintah melarang warga berkreasi. Hasilnya, Tebing Breksi menyuguhkan panorama menarik hingga dilirik wisatawan internasional.
Wisatawan berfoto di pahatan batu Tebing Breksi, di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Pada musim libur Tebing Breksi dikunjungi rata-rata 7.000 ribu wisatawan per hari. (Foto: Tagar/Gilang)

Yogyakarta, (Tagar 4/2/2018) – Larangan pemerintah daerah tak memutus kreativitas warga sekitar Tebing Breksi. Obyek wisata geo heritage ini bukan terbentuk secara alami, melainkan berasal dari bukit batu biasa yang terkikis akibat aktifitas penambangan bahan material bangunan oleh warga selama bertahun-tahun sejak tahun 80-an.

Bertahun-tahun bukit kapur Tebing Breksi itu menjadi tempat mata pencaharian warga namun aktivitas penambangan tersebut dihentikan oleh pemerintah setempat.

Melihat tebing bekas penambangan warga sekitar punya ide lain. Idenya muncul tatkala menyaksikan bekas-bekas galian yang meninggalkan gurat-gurat indah. Tampak perpaduan warna putih berkilau semburat kuning dan cokelat dalam bidang tebing yang begitu luas.

Selanjutnya, dibangunlah konsep pembenahan mirip rencana pembangunan kompleks Garuda Wisnu Kencana yang ada di Bali. Tebing Breksi ini, memberikan panoramic menarik hingga dilirik wisatawan internasional.

Nama Breksi sendiri datang dari warga, mengikuti tren nama bukit batu tempat wisata di Bali yang hasil potongannya mirip dengan tebing ini, yang disebut dengan breksi. Karena itulah, tebing ini dinamai Tebing breksi.

Mei 2015, Sri Sultan HB X menandatangani prasasti yang menyebutkan Taman Tebing Breksi sebagai lokasi cagar budaya. Selain menyuguhkan dinding tebing yang menjulang tinggi, Tebing Breksi juga dipenuhi dengan pahatan-pahatan seniman asli Jogja.

Pada dinding sebelah utara Tebing Breksi, terdapat ukiran relief berbentuk salah satu tokoh perwayangan yaitu tokoh Pandawa, Arjuna. Di sebelah barat dipahat seekor naga yang di sampingnya terdapat tangga yang dipahat langsug dari batu tebing.

Mirip Coloseum

Selain pemandangan tebing, terdapat juga Tlatar Seneng yang merupakan area luas dilengkapi dengan tempat duduk melingkar serta panggung bulat berdiameter sekitar 15 meter.

Bentuk Tlatar Seneng mirip Coloseum di Roma Italia. Tlatar Seneng difungsikan sebagai tempat pertunjukan seni dan budaya. Dari puncak tebingnya, kita dapat melihat lanskap Candi Prambanan, Candi Sojiwan, Candi Barong, dan kemegahan Gunung Merapi bahkan kota Yogyakarta.

Bagi Anda yang ingin mencapai puncak tebing tidak perlu repot dan khawatir, dikarenakan sudah dibentuk anak tangga di sisi tebing menuju ke atas.

Batuan Taman Tebing Breksi adalah hasil singkapan batuan endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran jutaan tahun silam. Membentuk barisan bukit-bukit, kawasan ini masuk dalam cagar budaya dan harus dilestarikan.

Penambangan oleh penduduk setempat menyebabkan kupasan tebing setinggi 30 meter dengan ketebalan sesungguhnya lebih dari 60 meter, sementara puncak perbukitan ini mencapai 300 meter dengan ketebalan 250 meter. Terdapatnya batu apung membuktikan secara empiris jika endapan ini merupakan hasil letusan gunung api super eksplosif.

Wisata Tebing Breksi berlokasi di Dusun Groyokan Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Dari Prambanan menuju ke lokasi wisata tebing berjarak sekitar 7 km. Letaknya sebelum Candi Ijo.

Jika dari arah Jogja, ada jalur yang lebih cepat. Sampai di pertigaan Piyungan, Anda bisa berbelok ke kanan. Lurus saja sampai menyeberang ruas Jalan Prambanan-Piyungan. Dari sini ikuti papan penunjuk arah ke Candi Ijo.

Di sebelah kiri jalan, nanti akan ada spanduk bertuliskan wisata Tebing Breksi. Untuk tiket masuk tidak dikenakan tarif, bayar semampunya. Hanya saja parkir motor dikenakan biaya Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000. (gil)

Berita terkait
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban