Tari Caci, Adu Keperkasaan dari Manggarai Flores NTT

Gerakannya heroik dan indah, kombinasi kelenturan tubuh, busana, seni olah vokal, dan ketangkasan mencambuk.
Tari Caci untuk mempererat silaturahmi antarsesama perantau Flores di Makassar digelar di lapangan Telkom Makassar, Minggu sore 22/4/2018. (Foto: Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 23/4/2018) - Tari Caci untuk mempererat silaturahmi antarsesama perantau Flores di Makassar digelar di lapangan Telkom Makassar, Minggu (22/4/2018) sore.

Tari Caci suatu permainan adu ketangkasan antara dua orang laki-laki dalam mencambuk dan menangkis cambukan lawan secara bergantian.

Gerakannya terlihat heroik dan indah karena merupakan kombinasi antara Lomes (keindahan gerak tubuh dan busana yang dipakai), Bokak (keindahan seni vokal saat bernyanyi), dan Lime (ketangkasan dalam mencambuk atau menangkis cambukan lawan).

Pemain Caci dibekali kemampuan olah vokal untuk bernyanyi, dimana setelah menangkis cambukan lawan seorang pemain Caci secara spontan bernyanyi dan menyampaikan Paci.

Paci merupakan ungkapan berisi nama samaran atau alias dari pemain Caci tersebut yang berisi ungkapan tentang keberadaan dirinya, siapa dia atau sosok yang dia dambakan.

Tujuan dari Paci yaitu untuk mempengaruhi lawan menantang lawan dan juga untuk memotivasi atau meggelorakan semangat dari dalam diri.

Kostum yang dikenakan pemain Caci sangat atraktif dan melambangkan keunikan dan karakter budaya yang dimiliki oleh orang Manggarai seperti 'Panggal' (penutup kepala) berbentuk tanduk kerbau, dan salah satu lambang yang ditempatkan pada bagian kerucut atap rumah adat Manggarai melambangkan 'rang' (kharisma dan kekuatan) orang Manggarai.

'Ndeki' (berbentuk kuncir kuda) terbuat dari rotan yang dipilin dengan bulu ekor kuda, ditempatkan pada bagian pinggang, melambangkan keperkasaan.

Pesona dan daya pikat lelaki Manggarai sebagaimana seekor kuda jantan yang mengangkat ekor untuk memikat daya tarik sang betina.

Sarung songke yang diikat sepanjang lutut, melambangkan kesantunan dan sikap patuh orang Manggarai.

Celana panjang putih melambangkan kepolosan, kemurahan dan ketulusan hati. Tubi Rapa dikenakan sebagai manik-manik yang diikat pada bagian bawah dagu melambangkan kebesaran dan keagungan lelaki Manggarai. 'Nggorong' (gemerincing) diikat pada bagian belakang pinggang.

Selendang leros dililit di pinggang dan dijuntai pada bagian depan sarung. Perlengkapan permainan Caci seperti Larik (cambuk) terbuat dari kulit kerbau dan dipilin dengan anyaman rotan pada ujungnya.

'Nggiling' (perisai) terbuat dari kulit kerbau untuk menangkis cambukan lawan, 'Agang' (berbentuk busur) terbuat dari rotan atau dahan bambu dipakai untuk menangkis atau menahan gempuran lawan.

Permainan Caci dilakukan antara dua kelompok dari dua kampung berbeda. Kelompok tamu di sebut 'Meka Landang' sedangkan tuan rumah disebut 'Mori Beo'.

Pada saat pemain Caci beradu di arena, tuan rumah yaitu pria dan wanita yang berada di luar arena melakukan 'Danding' (bernyanyi lagu Manggarai dalam bentuk lingkaran dengan gerakan berputar) disertai gerakan Sae oleh sepasang pria dan wanita di tengah lingkaran.

Sementara itu beberapa wanita duduk berkelompok sambil memukul gong dan gendang bertalu-talu menyorakkan suasana. Sasaran cambukan dari pemain Caci adalah bagian badan sebelah atas dari perut hingga kepala. Pemukulan di bagian bawah perut dianggap pelanggaran.

Apabila mengenai wajah dinamai Beke. Pemain Caci yang mengalami Beke dinyatakan kalah, harus keluar dari arena permainan, pulang ke rumah atau ke kampung halamannya.

Permainan Caci biasanya dipertunjukkan pada upacara 'Penti' (syukuran setelah panen), Pesso Beo (selamatan kampung), menyambut pengantin baru, tamu penting, dan dalam upacara gembira lain seperti perayaan hari ulang tahun kemerdekaan. (rio)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.