TAGAR.id, Taipei, Taiwan – Pemerintah Taiwan, Rabu (7/2/2024) memerintahkan biro-biro perjalanan untuk berhenti mengorganisir wisata rombongan ke China menyusul perubahan rute penerbangan yang dilakukan Beijing yang memicu kemarahan di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Otoritas setempat melarang wisata rombongan ke China pada tahun 2020 karena pandemi virus corona, dan pembatasan tersebut akan dicabut setelah liburan Tahun Baru Imlek bulan ini.
Namun, Administrasi Pariwisata Taiwan menginstruksikan agar biro-biro perjalanan berhenti mengorganisir wisata rombongan mulai Rabu (7/2/2024) karena “situasi saat ini tidak kondusif bagi orang-orang untuk pergi ke daratan China”.
Mereka mengutip keputusan “sepihak” Beijing untuk mengubah rute M503 melalui Selat Taiwan yang menurut mereka “akan berdampak pada keselamatan penerbangan” sebagai salah satu alasan di balik keputusan tersebut.
Pemerintah Taiwan juga menyalahkan China karena tidak mengorganisir wisata rombongan ke Taiwan, menyusul larangan Beijing pada tahun 2019 terhadap wisatawan individu yang bepergian ke pulau tersebut.
“Mempertimbangkan perubahan situasi dan keselamatan perjalanan umum, kami tidak akan melaksanakan rencana awal” untuk melanjutkan wisata rombongan ke China, kata badan pariwisata Taiwan itu dalam sebuah pernyataan.
Badan itu mengatakan rombongan-rombongan yang telah diorganisir sebelum pengumuman hari Rabu dengan tanggal keberangkatan antara 1 Maret dan 31 Mei masih diizinkan melakukan perjalanan sesuai rencana.
China, yang mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya, memicu kecaman di pulau itu ketika Beijing pekan lalu mengumumkan perubahan terhadap rute penerbangan M503, yang juga dikenal sebagai rute penerbangan ke selatan, mulai 1 Februari.
Otoritas penerbangan sipil China mengatakan perubahan itu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi di kawasan yang padat.
Namun Taipei memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mempengaruhi stabilitas di Selat Taiwan yang sensitif, yang memisahkan pulau itu dan daratan China, serta menyebabkan peningkatan ketegangan.
Beijing telah berjanji untuk merebut Taiwan, jika perlu dengan kekerasan, dan telah meningkatkan tekanan terhadap pulau tersebut, dengan mengadakan beberapa putaran latihan militer besar-besaran di selat tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Rute M503 memicu protes di Taiwan ketika China meluncurkannya pada tahun 2015, mengingat kedekatannya dengan garis median yang melintasi perairan tersebut.
Perubahan ini diambil menyusul terpilihnya Lai Ching-te yang berhaluan kemerdekaan di Taiwan pada bulan Januari, yang oleh Beijing dicap sebagai “bahaya besar”. (ab/lt)/AFP/voaindonesia.com. []