Taiwan Desak Australia Tingkatkan Kerja Sama Militer

Taiwan meminta bantuan Australia, setelah China meningkatkan kehadiran jet-jet tempurnya dalam beberapa hari terakhir ke wilayah Taiwan
Menlu Taiwan, Joseph Wu, pekan ini mendesak Australia untuk meningkatkan pembagian informasi intelijen (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Taiwan meminta bantuan Australia, setelah China meningkatkan kehadiran jet-jet tempurnya dalam beberapa hari terakhir ke wilayah yang diidentifikasi sebagai pertahanan udara Taiwan.

China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang memisahkan diri, yang pada suatu hari akan bergabung kembali dengan China daratan. Namun, pihak berwenang Taiwan menganggap pulau itu sebagai sebuah negara berdaulat.

Seperti kebanyakan negara lain, Australia tidak secara resmi mengakui kemerdekaan Taiwan yang dideklarasikan sendiri. Tetapi ada hubungan bilateral ekonomi dan sosial yang penting antara kedua negara.

Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, pekan ini mendesak Australia untuk meningkatkan pembagian informasi intelijen dan kerja sama keamanan, sementara China mengintensifkan kehadiran militernya di wilayah udara Taiwan.

Berbicara kepada anggota parlemen mengenai rencana anggaran khusus untuk pembelian pertahanan angkatan udara dan angkatan laut, Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng mengatakan, "Berbicara tentang menyerang Taiwan, kini China memiliki kemampuan itu. Tetapi kita harus mempertimbangkan akibatnya. Kita tidak ingin mengambil tindakan provokatif. Tetapi jika kita mengganggu mereka, itu seperti menjengkelkan seseorang, maka orang itu akan mengerahkan segalanya ketika terganggu. Jadi, menurut penilaian kita, tahun 2025 adalah tahun China akan memiliki (kemampuan) yang lebih luas."

Juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia hari Senin mengatakan, “Penyelesaian perselisihan atas Taiwan dan masalah kawasan lainnya harus dicapai secara damai melalui dialog dan tanpa ancaman atau penggunaan kekuatan atau kekerasan.”

Pernyataan itu senada dengan keprihatinan yang disampaikan Departemen Luar Negeri AS, yang mengatakan "sangat prihatin" atas tekanan Beijing terhadap Taiwan.

pesawat chinaFoto handout ini diambil dan dirilis pada 11 Mei 2018 oleh Kementerian Pertahanan Taiwan menunjukkan pesawat tempur F-16 milik Angkatan Udara Taiwan sedang terbang di samping pesawat pengebom H-6K milik Angkatan Udara China (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Richard McGregor adalah peneliti senior untuk Asia Timur di Lowy Institute, organisasi penelitian dan kebijakan yang berpusat di Sydney. McGregor mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp., Australia bisa terlibat dalam ketegangan yang memuncak mengenai Taiwan, setelah China mengirim puluhan pesawat tempur dan pembom ke wilayah udaranya.

“Ini adalah tekanan psikologis untuk melemahkan Taiwan. China tidak ingin menyerang Taiwan, tidak ingin berperang untuk merebut Taiwan. China ingin memberi cukup tekanan pada Taiwan supaya akhirnya Taiwan seperti menyerah dan menyetujui persyaratan yang ada,” ujarnya.

Bulan lalu, Australia dan Amerika mengumumkan rencana "memperkuat hubungan dengan Taiwan," dan menggambarkannya sebagai "demokrasi utama dan mitra penting bagi kedua negara." Karena ketegangan meningkat, maka kemitraan seperti itu kini menjadi penting, kata McGregor.

China adalah mitra dagang terbesar Australia, namun hubungan keduanya semakin tegang dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai perselisihan geopolitik, diplomatik, dan perdagangan (ps/ka)/voaindonesia.com. []

China Keberatan Ada Pembicaraan Dagang Amerika dan Taiwan

Konflik Antara China dan Taiwan Terus Berlanjut

Taiwan Beri Peringatan Kepada Pesawat Tempur China

Taiwan di Persimpangan Jalan Terima Atau Tidak Vaksin China

Berita terkait
AS Ketar-ketir Pesawat Tempur China Terbang Dekat Taiwan
Militer China menerbangkan 16 pesawat tempur di atas perairan Taiwan selatan pada Minggu, 3 Oktober 2021, AS sebagai "aksi militer provokatif"