Survey CRC, Prof Andalan Raih Elektabilitas 34,6 Persen, Unggul di Tujuh Dapil

Survey CRC, Prof Andalan raih elektabilitas 34,6 persen, unggul di tujuh dapil. “Survei memotret popularitas dan akseptabilitas para kandidat yang berujung pada tingkat elektabilitas calon pemimpin Sulsel,” ujar Herman Heizer.
Direktur CRC, Herman Heizer, saat mempublish hasil Survey Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan. Menurut CRC, elektabilitas Prof Andalan mencapai 34,6 persen, unggul dari tiga kandidat lainnya. (Foto: Tagar/Rio)

Makassar, (Tagar 18/6/2018) - Lembaga survei Celebes Research Center (CRC) merilis survei terbaru terkait elektabilitas kandidat calon gubernur dan wakil gubernur pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel) 2018.

Direktur CRC, Herman Heizer menjelaskan, survei bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang potret terbaru dari perilaku pemilih terhadap elektabilitas empat pasang calon yang saat ini bertarung di Pilgub Sulsel 2018 yang tersisa kurang lebih delapan hari lagi.

“Survei ini memotret popularitas dan akseptabilitas para kandidat yang berujung pada tingkat elektabilitas para calon pemimpin Sulsel ini,” ujar Herman Heizer dalam konferensi persnya di Hotel Four Points By Sheraton, Senin (18/6/2018).

Hasilnya, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Prof Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) masih menempati posisi elektabilitas tertinggi yang jauh mengungguli pasangan calon lainnya. Dalam survei Prof Andalan memiliki elektabilitas sebesar 34,6 persen.

Posisi kedua ditempati pasangan nomor urut 1, Nurdin Halid-Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) dengan angka 26,3 persen yang disusul oleh pasangan nomor urut 4, Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) sebanyak 21,4 persen.

Di urutan buncit dengan perolehan angka 6,2 persen ditempati pasangan nomor urut 2, Agus Arifin Nu'mang-Tanribali Lamo (Agus-TBL).
Responden yang belum menentukan pilihan sebesar 11,5 persen.

Untuk survei Top of Mind, pasangan Nurdin Abdullah menempati posisi teratas dengan posisi 20 persen, disusul Nurdin Halid sebesar 13 persen. Sedangkan Ichsan Yasin Limpo sebesar 8 persen dan Agus Arifin Nu'mang hanya 2 persen.

Menurut Herman Heizer, survei memakai metode multi stage random sampling, melibatkan 1.110 responden dengan jumlah distribusi ditentukan secara proporsional dan dilakukan di 24 kabupaten/kota pada Juni 2018. Adapun margin error-nya sebesar 3 persen.

Untuk daerah pemilihan (dapil), terpotret dari 11 dapil yang ada di Sulsel, Prof Andalan meraih hasil tertinggi di tujuh dapil. Sementara pasangan Nurdin Halid-Azis Kahar Mudzakkar (NH-Aziz) hanya memimpin dua dapil, Ichsan Yasin Limpo-Cakka hanya dua dapil.

Lebih tajam ke dalam, survei CRC juga memotret strong voters (pemilih yang sudah sangat sulit berpindah ke kandidat lain) empat pasang kandidat tersebut. Hasilnya, Pasangan Prof Prof Andalan memiliki strong voters sebesar terbesar yakni 26,3 persen. Pasangan NH-Aziz sebesar 16,4 persen strong voters, sedangkan IYL-Cakka hanya 14,3 persen.

Menanggapi hasil survei Celebes Research Center (CRC), sosiolog dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Sawedi Muhammad, mengulasnya secara detail.

Menurut Sawedi, berbagai hasil survei telah dilakukan oleh pollster yang berbeda dengan hasil yang berbeda secara signifikan. Hal ini memperkuat keraguan publik terhadap kredibilitas lembaga survei, meski mereka telah berkiprah di berbagai pemilihan langsung baik di level kabupaten/kota, provinsi bahkan level nasional.

Hampir seluruh lembaga survei menggunakan metoda yang sama yaitu multi-stage random sampling dengan distribusi responden yang proporsional.

Tetapi publik disuguhi dengan hasil yang berbeda. Maka wajarlah kalau keraguan publik menguat dengan hasil-hasil survei yang dipublikasikan.
Belum lagi kredibilitas lembaga survei yang memang tidak selalu akurat dalam memprediksi. Jejak digital surveyor itu dapat ditelusuri ke belakang dan banyak di antaranya menemui kegagalan.

Kecurigaan publik kemudian berkaitan dengan pendanaan survei yang melibatkan ribuan respons dan tentu ratusan enumerator. Umumnya hasil survei yang dipublikasikan menempatkan funder survei sebagai pemenang.

Satu hal yang menjadi misteri politik yang belum terungkap adalah sejauh mana hasil survei dapat mempengaruhi elektabilitas para calon?

Terdapat hipotesa yang diyakini oleh polllster selama ini bahwa pemenang hasil survei cenderung menarik pemilih yang belum memutuskan pilihan politiknya untuk bergabung dengan pemenang (versi hasil survei).

Asumsinya sederhana. Pemilih pragmatis atau yang belum menentukan pilihan pasti tertarik bergabung dengan pemenang.

“Tetapi saya kira pemilih di Sulsel sudah mulai cerdas dan tercerahkan. Sehingga hasil survei dari lembaga manapun dengan segala justifikasi metodologis dan variabel yang diukur hanya bersifat prediksi saat hasil survei dirilis,” ujar Sawedi.

Terdapat banyak kemungkinan hasil survei tersebut berubah karena situasi dan kondisi di luar kontrol surveyor. “Saya hanya ingin berujar bahwa survei yang hasilnya paling akurat adalah survei yang dilakukan di hari pemilihan,” ujarnya. (rio)

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.