Surat Terbuka Istri ABK di Tegal untuk Jokowi

Istri seorang ABK asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, di kapal China, Ingrid Frederica menulis surat terbuka untuk Presiden Jokowi.
Ingrid Frederica bersama anaknya, Kenzie, dan surat terbuka yang ditulis Ingrid Frederica di Facebook. Dalam surat itu, Ingrid meminta bantuan Presiden Jokowi untuk memulangkan suaminya yang bekerja di kapal China.‎ (Foto: Tagar/Farid)

Tegal - Istri seorang anak buah kapal (ABK) asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, di kapal China, Ingrid Frederica menulis surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Dia meminta bantuan Jokowi karena suaminya diduga mengalami perbudakan di atas kapal dan tak diketahui nasibnya.

‎Ingrid menulis surat terbuka di selembar kertas. Perempuan 31 tahun itu lalu mengunggahnya di Facebook disertai foto anaknya pada Jumat, 31 Juli 2020 dan viral.

Dalam surat itu, dia menumpahkan kekhawatirannya terkait nasib suaminya Samfarid Fauzi, 33 tahun, yang bekerja sebagai ABK di kapal penangkap ikan asal China, Fu Yuan Yu.

"Pak...Suami‎ saya diberangkatkan PT Puncak Jaya Samudera (Pemalang) pada April 2018. Setelah satu tahun, suami saya menyampaikan ingin pulang karena sudah tidak sanggup lagi," tulis Ingrid mengawali suratnya.

‎Dalam surat bertanggal 30 Juli 2020 itu, Ingrid mengungkapkan suaminya mengeluhkan perlakukan tidak manusiawi yang diterimanya selama bekerja. Mulai dari jam kerja yang panjang, diberi makanan tidak layak, dan ketidaan obat-obatan yang memadai.

"Suami saya ingin pulang tapi tidak diizinkan. Akhirnya dengan berat hati suami saya melanjutkan sampai selesai kontrak April 2020. Seharusnya April suami saya sudah pulang. Namun hingga surat ini ditulis saya tidak tahu keberadaan dan keadaannya," ujar Ingrid.

Di tengah kecemasannya, Ingrid justru mendapat informasi dari salah satu rekan kerja sesama ABK suaminya yang masuk rumah sakit di Srilanka bahwa Juni 2020 sang suami bersama sejumlah ABK lainnya sudah dipindahkan ke kapal Hanrong 368.

Ingrid kian cemas karena dari rekan suaminya tersebut Ingrid juga mendapat informasi banyak ABK yang berada di satu kapal dengan suaminya sakit dan bahkan meninggal.

"‎Bahkan hari ini saya mendengar dua orang jenazah dari kapal Hanrong 368 itu sudah dilarung di Samudera Hindia. Sejak Mei 2020 saya sudah memohon bantuan kepada PWNI dan BNP2MI bahkan menghubungi KBRI namun tiada hasil. Saya bingung dan cemas akan nasib suami saya dan kawan-kawannya," ujarnya.

Di akhir suratnya, Ingrid meminta bantuan Presiden Jokowi untuk mencari dan memulangkan suaminya dan ABK lainnya karena sejumlah upaya yang sudah dilakukan menemui jalan buntu.

"Saya memohon dengan sangat uluran tangan Pak Presiden untuk membantu kami rakyat kecil ini. Saya memohon agar Bapak Presiden mendengar jerit hati seorang istri pelaut yang sangat khawatir dan cemas dengan keberadaan dan keadaan ayah dari anak saya ini," ucapnya.

Baca juga: Suami Istri Dibunuh di Tegal Menanti Kelahiran Anak

Ketika ditemui Tagar di rumahnya Selasa, 4 Agustus 2020 siang, Ingrid membenarkan menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi. Dia mengaku meminta bantuan orang nomor satu di Indonesia itu karena upayanya meminta bantuan sejumlah pihak tak membuahkan hasil.

Gaji molor tidak jelas. Awalnya bilangnya tiga bulan sekali terima gaji, namun ternyata molor bahkan sampai delapan bulan

"Saya sudah berusaha minta tolong ke mana saja. Sampai ke Bareskrim, Kemenlu, nelponin ke KBRI tidak kehitung, tapi selalu mentok, tidak ada hasil. Makanya saya mau minta bantuan ke siapa lagi kalau bukan ke Pak Jokowi. Mungkin tidak langsung Pak Jokowi yang menangani ini, tapi paling tidak Pak Jokowi kasih mandat. Ini ABK-ABK di luar banyak banget yang kasusnya seperti ini," ujarnya.

Kerja Tidak Manusiawi

Ingrid mengungkapkan, suaminya bekerja sebagai ABK di kapal China sejak April 2018 melalui PT Puncak Jaya Samudra. Kantor perusahaan‎ penyalur ABK ini berada di Kabupaten Pemalang.

Ingrid FredericaIngrid Frederica menunjukkan foto suaminya, Samfarid Fauzi di rumahnya, Selasa, 4 Agustus 2020. Samfarid bekerja sebagai ABK di sebuah kapal China sejak April 2018 dan tak diketahui keberadaan dan nasibnya. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

"Suami saya baru pertama kali ini bekerja jadi ABK. Kontraknya dua tahun sampai April 2020. Tapi sampai sekarang saya tidak tahu di mana dan kondisinya seperti apa," katanya.

Ingrid terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya pada Agustus 2019 saat kapal sedang bersandar di India. Saat itu, suaminya mengeluhkan kondisi kerja yang tidak manusiawi. Akibatnya, banyak ABK yang sakit dan meninggal.

"Waktu kerjanya tidak sesuai kontrak. Pagi menjaring, malam disuruh memancing. Hanya bisa istirahat maksimal tiga jam. Makanan yang dikasih juga tidak layak. Makannya bangkai ayam yang digoreng. Jadi suami saya kadang memilih makan hanya pakai garam," ujar dia.

‎Setelah komunikasi terakhir itu, Ingrid sempat mendapat surat dari suaminya yang dititipkan kepada seorang ABK yang pulang ke Indonesia pada Februari 2020. Dalam surat itu, Ingrid hanya diberi tahu jika suaminya tidak bisa pulang karena menunggu kontrak selesai pada April 2020.

"Kemudian Juni saya malah dapat kabar dari teman ABK satu agensi suami saya yang masuk rumah sakit di Srilanka, kalau suami saya dipindah ke kapal lain. Setelah itu tidak ada kabar sama sekali sampai sekarang," ujarnya.

Menurut‎ Ingrid, selain perlakuan tidak manusiawi selama bekerja, gaji suaminya juga selalu terlambat dibayarkan. Sebelum diterima, gaji sebesar‎ sebesar 300 dollar Amerika Serikat itu juga sudah dipotong oleh agen penyalur untuk biaya pelatihan dan administrasi.

"Gaji molor tidak jelas. Awalnya bilangnya tiga bulan sekali terima gaji, namun ternyata molor bahkan sampai delapan bulan. Terakhir, gaji yang bulan Maret baru dibayarkan Juni," ‎ujarnya.

Baca juga: Pengakuan Pembunuh Sadis Suami Istri di Tegal

Ingrid menyebut pihak per‎usahaan penyalur pun tidak bisa berbuat banyak dalam mencari tahu keberadaan dan nasib suaminya selain mengirim surat ke sejumlah pihak. "Mereka bilangnya sedang berupaya dan saya diminta menunggu. Pernah juga saya coba telepon satelit ke kapal namun tidak pernah tersambung," ujar dia.

Ingrid akhirnya hanya bisa berharap pada bantuan Presiden Jokowi agar keberadaan dan nasib suaminya bisa segera diketahui. Harapan serupa juga digantungkan anak semata wayangnya, ‎Kenzie, 6 tahun.‎ Ketika ayahnya berangkat melaut, bocah laki-laki itu masih berumur empat tahun.

‎"Setiap saat tanya ayahnya kapan pulang. Saya kasih pengertian ayah sedang diupayakan pulang, karena anak sekarang tidak bisa dibohongi," ujar Ingrid.

Salah satu staf PT Puncak Jaya Samudra, Herman saat dihubungi belum bisa memberikan keterangan banyak. Dia mengaku akan berkomunikasi dulu dengan jajaran staf kantor, agen, dan perwakilan di China agar keterangan yang diberikan lebih lengkap dan akurat.

"Kami sudah mengirim surat ke Kemenlu, BP2MI dan semuanya untuk mencari keberadaannnya‎ sebelum kasus ini viral. Kami juga sudah melaporkan agensi itu ke KBRI Beijing dilanjutkan ke KJRI Guangzhoe. Sampai saat ini belum ada informasi," ujarnya, Selasa, 4 Agustus 2020. []

Berita terkait
ABK Kapal Berbendera Filipina Tidak Ditemukan
Anak Buah Kapal (ABK) yang berbendera Filipin yang hilang di laut Maluku sampai hari ini tidak ditemukan.
ABK Kapal Berbendera Filipina Hilang di Laut Maluku
WNA hilang di perairan Maluku 16 mil dari permukaan laut Seram Bagian Timur. Ini kronologinya
Sempat Hilang di Laut Mentawai, 12 ABK Selamat
Kapal nelayan pembawa 12 penumpang yang hilang di Mentawai ditemukan di perbatasan laut Nias. Semua awak kapal dinyatakan selamat.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.