Sulawesi Selatan Peringkat 8 Jumlah Kasus HIV/AIDS

Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia tembus 500.000 dengan 10 provinsi terbanyak kasus, Sulawesi Selatan di peringkat 8 dengan kasus 14.115
Ilustrasi. (Foto: hiv.gov).

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Dalam laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 29 Mei 2020, tentang Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2020, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS dari tahun 1987 sd. Maret 2020 di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah 14.115 yang terdiri atas 10.699 HIV dan 3.416 AIDS. Jumlah ini menempatkan Sulawesi Selatan (Sulsel) di peringkat ke-8 dalam jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS secara nasional.

8-peringkat aids sulselPeringkat Sulawesi Selatan dalam jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS secara nasional. (Tagar/Syaiful W. Harahap).

Sedangkan kasus kumulatif HIV/AIDS nasional dari tahun 1987 sd. Maret 2020 berjumlah 511.955 yang terdiri atas 388.724 HIV dan 123.231 AIDS dengan 17.210 kematian.

Baca juga: Kasus Kumulatif HIV/AIDS di Indonesia Tembus 500.000

Selama ini salah satu insiden infeksi HIV baru terjadi pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) di lokasi atau lokalisasi pelacuran. Tapi, sejak reformasi (1998) semua lokasi dan lokalisasi pelacuran di Sulsel sudah ditutup.

1. Faktor Risiko Hubungan Seksual pada Heteroseksual

Itu artinya insiden infeksi HIV baru melalui hubungan seksual dengan PSK di lokasi atau lokalisasi pelacuran tidak ada lagi.

Tapi, mengapa insiden infeksi HIV baru di Sulsel tetap terjadi?

Insiden infeksi HIV di Sulsel dilaporkan melalui faktor risiko hubungan seksual pada heteroseksual (laki-laki tertarik secar seksual ke perempuan dan sebaliknya perempuan tertarik secara seksual ke laki-laki) jadi penyebab utama (76,3%).

Padahal, praktek PSK secara terbuka di lokasi dan lokalisasi pelacuran sudah tidak ada. Maka, insiden infeksi HIV baru di Sulsel kemungkinan terjadi melalui perilaku-perilaku seksual berisiko ini:

(1). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam nikah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari perempuan itu mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV ke laki-laki. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke pasangannya, ke istri bagi yang beristri, dan ke pasangan seks lain.

(2). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dalam nikah dengan laki-laki yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari laki-laki itu mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV ke perempuan. Perempuan yang tertular HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke pasangannya, ke suami bagi yang berkeluarga, atau ke pasangan seks lain.

(3). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di luar nikah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari perempuan itu mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV ke laki-laki. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke pasangannya, ke istri bagi yang beristri, dan ke pasangan seks lain.

(4). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di luar nikah dengan laki-laki yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari laki-laki itu mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV ke perempuan. Perempuan yang tertular HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke pasangannya, ke suami bagi yang berkeluarga, dan ke pasangan seks lain.

2. PSK Langsung dan PSK Tidak Langsung

(5). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom di dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK. Perilaku seksual PSK adalah berisiko tinggi tertular HIV/AIDS karena ladeni seks dengan laki-laki yang berganti-ganti tanpa kondom. Laki-laki yang tertular HIV/AIDS menularkan HIV/AIDS ke pasangannya, ke istri bagi yang beristri, dan ke pasangan seks lain.

PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan, dan

(b), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, cewek prostitusi online, dll.

Baca juga: Menelusuri Akar Kasus HIV/AIDS Pertama di Indonesia

Dalam prakteknya PSK tidak langsung sama saja dengan PSK langsung sehingga tetap sebagai perempuan yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Tapi, karena selama ini ada mitos (anggapan yang salah) bahwa risiko tertular HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual dengan PSK langsung di lokalisasi pelacuran, maka banyak laki-laki yang seks dengan PSK tidak langsung dan mereka pun berisiko tertular HIV/AIDS.

Dari 5 perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di atas pada nomor 1, 2, 3 dan 4 terjadi di ranah privat sehingga tidak bisa dilakukan intervensi (memaksa laki-laki pakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual pada perilaku tsb.).

Sedangkan pada perilaku nomor 5 intervensi hanya bisa dilakukan jika praktek PSK langsung dilokalisir. Dengan kondisi seperti sekarang intervensi tidak bisa dilakukan karena transaksi seks terjadi dengan berbagai modus dan terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu. Intervensi terhadap PSK tidak langsung jelas tida bisa dilakukan karena transaksi seks terjadi di media sosial dan eksekusi terjadi di sembarang waktu dan sembarang tempat.

Adalah masalah yang pelik bagi Pemprov Sulsel untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa dengan kondisi transaksi seks yang tidak dilokalisir. Itu artinya insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa akan terus terjadi melalui perilaku-perilaku berisiko 1, 2, 3, 4 dan 5.

Laki-laki dan perempuan yang tertular HIV jadi rantai penyebaran HIV di masyarakat sebagai ‘bom waktu’ yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Jawa Timur di Puncak Epidemi HIV/AIDS Nasional
Provinsi Jawa Timur menempati peringkat pertama secara nasional dalam jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dengan jumlah kasus 79.577
AIDS “Mencengkeram” Bali
Kasus kumulatif HIV/AIDS di Bali 27.959, tapi penanggulangan tidak menyentuh akar persoalan yaitu tidak menurunkan insiden infeksi HIV/AIDS baru
AIDS Justru Musuh Terbesar di Tanah Papua
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) terus bertambah sehingga inilah yang justru jadi ‘musuh’ di Tanah Papua