TAGAR.id - Amerika Serikat (AS) berupaya meningkatkan pengumpulan informasi intelijen di wilayah Kutub Utara dan bekerja sama dengan sekutu di kawasan itu untuk mencegah Rusia dan China mengeksploitasi wilayah utara yang sangat dingin dan penuh es itu dan merugikan AS. Jeff Seldin melaporkannya untuk VOA.
Mandat itu, yang merupakan bagian dari Strategi Arktik 2024 yang baru saja dikeluarkan Pentagon, muncul sementara para pejabat pertahanan AS memperingatkan bahwa perubahan iklim membuat es di Arktik mencair, padahal sebelumnya es itu menjadi penghalang bagi musuh-musuh AS. Juga terdapat indikasi meningkatnya kerja sama Rusia-China di wilayah itu.
“Di Kutub Utara, strategi itu bisa dengan cepat menjadi taktis,” kata Wakil Menteri Pertahanan Kathleen Hicks, ketika memberi pengarahan kepada wartawan di Pentagon.
“Memastikan bahwa tentara kita dibekali dengan latihan, peralatan, dan prosedur operasi untuk wilayah Arktik yang unik (mungkin) menjadi penentu berhasil atau tidaknya sebuah misi,” tambahnya.
Strategi yang baru diumumkan itu menyerukan perluasan pengawasan dan kemampuan intelijen yang digunakan militer AS di tempat lain di dunia dialihkan ke wilayah paling utara itu, di mana suhu yang sangat dingin dapat mengganggu operasi mereka.
Secara khusus, strategi itu menguraikan perlunya lebih banyak sensor di darat, sensor di udara, dan radar jarak jauh agar dapat lebih baik menangkap aktivitas musuh AS.
AS juga berupaya meningkatkan kemampuan pengintaian udara dengan drone dan kapasitas komunikasinya.
Hicks mengatakan, AS telah menginvestasikan puluhan juta dolar untuk meningkatkan kapabilitas di sejumlah sektor tersebut namun masih diperlukan lebih banyak dana lagi.
Menurut para pejabat pertahanan AS, salah satu bonus bagi strategi baru Arktik itu adalah bergabungnya Swedia dan Finlandia ke dalam NATO. Dengan begitu, setiap negara di Arktik, kecuali Rusia, kini adalah bagian dari aliansi Barat.
Para pejabat AS berulang kali memuji kemampuan Swedia dan Finlandia di wilayah Arktik. Strategi itu membeberkan pula lebih banyak latihan dan kerja sama gabungan yang mungkin diperlukan untuk melawan peningkatan aktivitas Rusia dan China di wilayah itu.
Rusia dan China telah melakukan patroli angkatan laut gabungan di dekat Kepulauan Aleutian di Alaska pada Agustus tahun lalu. Patroli tersebut memicu AS untuk mengirimkan empat kapal penghancur dari angkatan lautnya dan pesawat terbang untuk berpatroli sebagai tindakan pencegahan.
Namun menurut Iris Ferguson, Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Wilayah Arktik, mengatakan kepada wartawan pada Senin (22/7/2024) tindakan yang dilakukan oleh Rusia dan China itu hanya merupakan puncak dari gunung es.
“Kami telah melihat sebuah peningkatan, sebuah peningkatan dalam kerja sama mereka dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Ferguson. “Kami melihat China banyak berinvestasi pada sektor energi Rusia tidak hanya untuk menyokong pasokan energi mereka, namun juga untuk membantu memperkuat aktivitas Rusia di Ukraina.” (ps/ka/rs)/voaindonesia.com. []