Stigma Anak Yatim Piatu Covid Mendera Ribuan Anak di India

Ribuan anak di India kehilangan orang tuanya akibat pandemi Covid-19, mereka diterpa stigma “Anak Yatim Piatu Covid”
Generasi yang Dipertaruhkan: Lindungi anak-anak India dari dampak Covid-19 (Foto: resourcecentre.savethechildren.net)

Jakarta - Pemerintah India telah menggelontorkan bantuan uang bagi anak-anak yatim piatu yang kehilangan orang tua akibat pandemi Covid-19. Namun, para aktivis menyebut mereka masih rentan terhadap upaya perdagangan, trauma dan pelecehan. Murali Krishnan (New Delhi) melaporkannya untuk dw.com/id.

Laporan situs independen, worldometer, sampai tangggal 2 Juni 2021 jumlah kasus di India mencapai 28.306.883 dengan 335.114 kematian sejak pandemi Covid-19 di India awal Februari 2020.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan ribuan anak di India kehilangan orang tua mereka. Sejak awal pandemi, laporan resmi menyebutkan, lebih dari 1.700 anak di India jadi yatim piatu karena kehilangan kedua orang tuanya akibat virus corona. Selain itu lebih dari 7.400 anak kehilangan salah satu dari orang tuanya dan sebanyak 140 anak dilaporkan telah ditelantarkan. Demikian menurut Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak (NCPCR) di India.

Merespons hal ini, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah mengumumkan langkah-langkah untuk membantu anak-anak tersebut. Salah satunya adalah, bantuan uang senilai 1 juta rupee (setara dengan Rp 195 juta), yang akan diberikan kepada setiap anak sebagi tunjangan, dari usia 18 hingga 23 tahun. Dana tersebut diberikan melalui skema PM-CARES.

Anggota keluarga Vijay RajuAnggota keluarga Vijay Raju, yang meninggal karena Covid-19, berkabung sebelum dikremasi di tempat krematorium di desa Giddenahalli di pinggiran Bengaluru, India, 13 Mei 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Selain dari pemerintah pusat, pemerintah negara bagian di India juga telah mengumumkan berbagai insiatif untuk membantu anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat pandemi corona.

1. Bantuan Uang Saja Dinilai Tidak Cukup

Lembaga perlindungan anak dan para aktivis di India meyakini bahwa bantuan keuangan saja tidak akan menjamin kesejahteraan anak-anak yang terdampak pandemi Covid-19.

Dalam banyak kasus, paket bantuan keuangan semacam itu akan terbentur dengan rumitnya birokrasi. Banyak bantuan kesejahteraan sosial yang sebelumnya telah diluncurkan di India, akhirnya tidak sampai ke penerima karena rumitnya prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan untuk mengakses bantuan.

"Mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan ini telah berbagi pengalaman, di mana mereka harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain, hanya untuk menyerahkan dokumen yang tidak ada habisnya,” kata Anurag Kundu, ketua Komisi Perlindungan Hak Anak Delhi, kepada DW.

2. Stigma ‘Anak Yatim Piatu Covid'

Sementara itu, beberapa pihak berpendapat, lembaga perlindungan anak harus memprioritaskan pengasuhan anak yang terdampak ini, oleh kerabat/keluarga besar mereka, selama hal itu dinilai cocok dan aman. Panti asuhan seharusnya menjadi pilihan terakhir.

100 juta anak asia selatan100 Juta anak-anak di Asia Selatan, antara lain di India, dapat jatuh ke dalam kemiskinan di tengah pandemi Covid-19 terutama karena jadi anak yatim piatu (Foto: medicircle.in)

Selain karena dikhawatirkan memunculkan stigma, menurut para aktivis, anak-anak di panti asuhan sering dilupakan, baik dalam hal bantuan pemerintah ataupun dalam hal inisiatif pembangunan.

"Pertama-tama mereka akan dimasukkan ke dalam kategori ‘anak yatim piatu COVID' dan akan distigmatisasi. Tetapi sebelum itu, mereka harus membuktikan bahwa orang tua mereka meninggal karena Covid-19 untuk mendapat bantuan. Bisakah Anda bayangkan betapa sulitnya situasi mereka?” kata Enakshi Ganguly, salah satu pendiri Pusat Hak Anak HAQ, kepada DW

Diketahui, ada sekitar 370.000 anak yang tinggal di lebih dari 9.500 panti asuhan di seluruh India.

"Panti asuhan di India belum menerima bantuan yang memadai dari pemerintah selama pandemi Covid-19 dan saat lockdown. Ditambah dengan kendala sumber daya yang buruk, membuat anak-anak menjadi semakin rentan,” kata Satyajeet Mazumdar, kepala LSM Catalysts for Social Action, kepada DW.

Ia menambahkan, pihak berwenang telah membuat kategori baru anak yatim piatu dengan mengumumkan paket bantuan keuangan yang hanya tersedia bagi anak-anak yang orang tuanya terdampak pendemi Covid-19.

"Apakah mereka lebih rentan daripada anak-anak lain yang menjadi yatim piatu karena sebab yang berbeda?” tanya Satyajeet bernada ironi.

3. Masalah Lain yang Mengintai

Di sisi lain, Shivani Bhaskar dari Save the Children menyerukan pentingnya "kesadaran publik melalui media massa dan kampanye media sosial” terkait proses hukum dalam hal adopsi.


Banyaknya permohonan untuk mengadopsi anak-anak yatim piatu yang beredar di media sosial beberapa pekan terakhir membuat mereka rentan terhadap perdagangan dan pelecehan anak.

"Ada masalah serius terkait keselamatan, kesejahteraan, dan masa depan anak-anak yatim piatu akibat pandemi,” kata Deepshikha Singh dari Prayas, sebuah pusat bantuan remaja di India, kepada DW.

Selain itu, banyak anak yang juga memerlukan konseling untuk mengatasi kesedihan dan trauma mereka.

"Pandemi Covid-19 telah muncul sebagai krisis atas hak anak. Anak-anak kehilangan orang tua dan pengasuhnya karena virus corona, membuat mereka sangat rentan dan tanpa pengasuhan orang tua,” kata Yasmin Ali Haque, perwakilan UNICEF India kepada DW. (gtp/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Covid-19 Varian Gabungan Inggris dan India di Vietnam
Vietnam mendeteksi varian baru gabungan antara Covid-19 varian Inggris dan India yang disebut varian yang sangat berbahaya
Infeksi Jamur Putih dan Jamur Kuning Kini Muncul di India
Beberapa pasien Covid-19 yang menjalani pemulihan di India dilaporkan alami infeksi jamur putih dinilai lebih berbahaya dari infeksi jamur hitam
India Kini Berjuang Menghadapi Infeksi Jamur yang Mematikan
Pasca varian baru Covid-19 ini India harus berjuang memerangi infeksi jamur yang mematikan juga berdampak pada pasien yang sudah sembuh
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)