Soal Jerusalem, Presiden Iran: Keputusan Trump Tak Hormati Bangsa Palestina

Keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menunjukkan AS tak hormati hak bangsa Palestina.
Presiden Iran Hassan Rouhani.(Foto:Ist)

Istanbul, (Tagar 14/12/2017) - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak menghormati hak sah bangsa Palestina, kata Presiden Iran Hassan Rouhani di Twitter, Rabu.

Rouhani, yang menghadiri pertemuan darurat pemimpin Muslim di Istanbul, Turki, pada Rabu, juga mengatakan di Twitter-nya bahwa langkah tersebut menunjukkan bahwa Amerika Serikat bukan "penengah jujur dan tidak akan pernah". Ia menambahkan bahwa Washington hanya ingin "mengamankan kepentingan kaum Zionis".

Sikap menentang Israel dan dukungan untuk kepentingan Palestina menjadi pusat kebijakan luar negeri Iran sejak revolusi Islam pada 1979, yang menggulingkan Shah, yang didukung Amerika Serikat. Pemimpin Iran mengecam langkah Trump pada pekan lalu itu, termasuk rencananya memindahkan kedutaan Amerika Serikat ke Yerusalem.

Iran, yang berpenduduk sebagian besar kaum Syiah, menganggap Palestina berhak atas seluruh wilayah di tanah suci itu, termasuk negara Yahudi, yang tidak diakuinya. Pemimpin Iran berulang kali menyerukan penghancuran Israel dan Teheran mendukung beberapa kelompok gerilyawan dalam perang melawan Israel.

Pengumuman Trump telah membuat murka dunia Arab dan marah para sekutu Barat. Status Yerusalem telah menjadi salah satu rintangan paling besar bagi persetujuan perdamaian antara Israel dan pihak Palestina dari generasi ke generasi.

Negara-negara Arab dan masyarakat Muslim di seantero Timur Tengah mengecam pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Mereka menganggap pengakuan itu sebagai langkah yang memanas-manasi wilayah yang bergejolak.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam pidato yang direkam sebelumnya, mengatakan Yerusalem merupakan "ibu kota abadi Negara Palestina" dan bahwa langkah Trump itu sama saja dengan Amerika Serikat sedang melepaskan peranannya sebagai penengah perdamaian." Putaran terakhir perundingan perdamaian Israel-Palestina yang ditengahi Washington buyar pada 2014.

Banyak negara sekutu AS juga menentang pembalikan kebijakan AS bertahun-tahun serta kebijakan luar negeri AS atas Yerusalem.

Israel memandang semua wilayah Yerusalem menjadi ibu kota. Pihak Palestina menginginkan bagian timur kota itu sebagai ibu kota negara merdeka mereka di masa depan. Sebagian besar memandang Yerusalem Timur, yang Israel rebut dalam perang tahun 1967 dan dicaplok, menjadi wilayah pendudukan, termasuk Kota Tua, rumah bagi situs-situs yang dipandang suci oleh umat Islam, Yahudi dan Kristen.

Selama beberapa dasawarsa, Washington, seperti sebagian besar masyarakat dunia, menahan diri dari mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Mereka berpendapat bahwa kedudukan kota itu hendaknya ditentukan sebagai bagian dari perdamaian Palestina-Israel. Tak ada negara mempunyai kedutaan di sana.(ant/wwn)

Berita terkait
0
Sedalam Apa Cinta Sule dan Nathalie Holscher Dilihat dari Lirik Lagu Satu di Hati
Melihat larik demi larik lirik lagu Satu di Hati yang dinyanyikan Nathalie Holscher dan Sule untuk melihat seberapa dalam cinta di antara mereka.