Setelah Mandat SBY, Pengamat: AHY Tak akan Ngotot di Kampanye

Partai Demokrat dinilai bakal setengah hati dukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
Komandan Satuan Bersama (Kogasma) Partai Demokrat untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Foto: Ant/Puspa Perwitasari)

Jakarta, (Tagar 4/3/3019) - Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie menilai absennya Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono dalam tim pemenangan capres-cawapres nomor urut 02 membuat partai itu setengah hati atau tidak all out mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Jerry menjelaskan, dengan SBY menarik diri di timses lantaran menemani sang istri yang sedang dirawat di salah satu RS Singapura, dampaknya akan berpengaruh terhadap elektoral Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.

Hal itu lantaran selain demokrat koalisi penting di BPN, SBY juga punya peran sangat vital untuk mengangkat branding Prabowo-Sandi.

"Dengan tak aktif SBY akan berpengaruh besar, pasalnya Demokrat selain masih masuk 6 besar hegemoni dan simpatisan mereka cukup signifikan," kata Jerry, dikutip Tagar News dari Antara, Senin (4/3).

Sehingga, kata Jerry, otomatis membuat daya gedor akan pincang. "Tim BPN harus mencari alternatif siapa pengganti SBY. Saya nilai AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) tak akan ngotot di kampanye nanti karena mereka lagi terfokus ke Ani Yudhoyono dan pilpres agak terbengkalai," tambahnya.

Sedangkan, lanjut Jerry, Partai Gerindra, PKS, PAN, dan Berkarya akan lebih ngotot. Semua keputusan Demokrat ada di tangan SBY, sehingga demokrat bakal tak optimal, tak seperti sebelum Ibu Ani berobat ke Singapura.

"Ini bisa jadi No Balancing tak ada keseimbangan lagi. Saya duga politik bersayap dan dua kaki kembali dimainkan Demokrat. Mereka tak akan all out dalam timses. Paling tidak mereka lebih prioritas lolos 4 persen PT," tandasnya.

Berita terkait
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama