Jakarta, (Tagar 15/10/2017) - Wafatnya Kh Hasyim Muzadi mengalir duka yang amat deras bagi kalangan banyak orang, sekaligus meredam panasnya polemik politik yang terjadi saat itu.
Pria kelahiran Tuban, Jawa Timur pada 8 Agustus 1944 ini merupakan tokoh Islam Indonesia dan mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam periode 1999-2010.
Muzadi menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1950, lalu melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo. Selepas itu menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri Malang, Jawa Timur dalam tahun 1969.
Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika tahun 1992, yang terpilih sebagai ketua pengurus wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, serta dijadikannya batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi ketua PBNU ditahun 1999.
Dalam karir politiknya, suami dari Hj Muthamimah ini menjabat sebagai anggota DPRD tingkat 1 Jawa Timur periode 1986, dibawah naungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Salah satu tokoh dari PBNU ini juga pernah menjabat sebagai pendamping Megawati Soekarnoputri pada pemilihan presiden 2004. Namun dalam persaingannya, pasangan Mega dan Hasyim hanya meraih 26.6% suara dari pasangan calon Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
Di ujung karir politiknya, Hasyim menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jokowi sejak 19 Januari 2015. Indonesia pun berduka, saat 16 Maret 2017, Kh Hasyim yang merupakan bapak tokoh dari PBNU ini dipanggil Sang Khalik dalam usia 72 tahun, pukul 16.15 WIB di Malang, Jawa Timur.
Kabar duka tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin lewat akun twitter miliknya. "Telah wafat KH Hasyim Muzadi pagi ini. Mari doakan almarhum diampuni kesalahannya, diterima amal baiknya, berada di sisi-Nya. Al-Fatihah," tulis Lukman, Kamis (16/3) lalu. (dbs)
Ardha Franstiya
Foto: Website resmi NU
