Jakarta - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Minggu, 13 Desember 2020, mengakui bahwa beberapa institusi AS diretas oleh suatu pemerintah asing.
Para pakar meyakini Rusia kemungkinan besar berada di balik serangan terhadap Departemen Keuangan dan Departemen Perdagangan. Media AS menyebut peretasan itu sebagai salah satu peretasan paling canggih terhadap sistem pemerintah AS dalam bertahun-tahun.
Baik Biro Penyelidik Feceral (Federal Bureau of Investigation/FBI) dan cabang keamanan siber pada Departemen Keamanan Dalam Negeri sedang menyelidiki peretasan itu.
Sejauh mana, motif, atau instansi mana saja yang diretas belum segera diketahui. Para pejabat Dewan Keamanan Nasional pada Sabtu (12/13) bertemu di Gedung Putih untuk membahasa serangan oleh "sebuah kelompok peretas canggih," yang mencuri informasi terkait pengambilan kebijakan internet dan telekomunikasi.
Dua di antara para pejabat itu mengatakan peretasan itu terkait dengan sebuah peretasan yang diungkap oleh FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber AS yang dikontrak pemerintah.
"Pemerintah AS mengetahui soal laporan-laporan ini, dan kami mengambil segala langkah yang diperlukan guna mengidentifikasi dan menangani segala isu yang kemungkinan terkait dengan situasi ini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Ullyot.
Kantor berita Reuters, yang pertama kali melaporkan peretasan itu, mengatakan para pejabat intelijen AS mengkhawatirkan para peretas menggunakan cara serupa untuk menembus instansi-instansi pemerintah lain, selain Depkeu.
Kemudian Minggu, 13 Desember 2020, Departemen Perdagangan mengonfirmasi salah satu instansinya diretas. "Kami telah meminta Dinas Keamanan Siber dan Infrastruktur serta FBI untuk menyelidiki, dan kami belum bisa berkomentar lebih jauh," kata pernyataan departemen itu.
Dinas Keamanan Siber dan Infrastruktur, cabang Departemen Keamanan Dalam Negeri, pernah dipimpin oleh Christopher Krebs. Dia dipecat pada November oleh Presiden Donald Trump. Hingga belum ada yang mengisi posisi Krebs.
Dalam cuitan Minggu, 13 Desember 2020, Krebs mengatakan, "peretasan semacam ini memerlukan keahlian dan waktu yang luar biasa dan mengisyaratkan bahwa peretasan itu telah terjadi selama berbulan-bulan.
Krebs dipecat setelah dia mengatakan pemilu November itu merupakan "yang paling aman dalam sejarah Amerika." Pernyataan itu membuat marah Trump, yang selama ini mengklaim, tanpa bukti, bahwa kecurangan penghitungan suara telah menyebabkan dirinya kalah dari Joe Biden (vm/ft)/voaindonesia.com. []