Raja-Ratu Belgia Terkesima Seratusan Artefak Kuno Indonesia

Ratusan artefak kuno dan bernilai tinggi serta pentas seni budaya Indonesia ditampilkan penuh selama 104 hari di sejumlah negara Eropa.
Arca Nandi dari Candi Singasari di Leiden. (Foto: Ant)

Brussel, (Tagar 15/10/2017) – Ratusan artefak kuno dan bernilai tinggi serta pentas seni budaya Indonesia ditampilkan penuh selama 104 hari di sejumlah negara Eropa.

Dimulai sejak 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018, atas kerja sama Pemerintah Kerajanan Belgia dan Pemerintah Indonesia, potensi seni dan budaya nasional diresmikan dan dimulai berlangsung di Brusels, Belgia, dalam Festival Seni Europalia Indonesia selama 104 hari.

Indonesia dalam perhelatan seni budaya multidisiplin bergengsi terbesar itu melibatkan lebih dari 486 seniman dan budayawan pada 226 program acara di beberapa kota di Belgia dan juga enam negara Eropa lain yakni Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Prancis, dan Polandia.

Indonesia yang ditunjuk sebagai Negara Tamu Kehormatan tampil di Europalia bukan tanpa alasan. Indonesia patut berbangga karena Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang diikutsertakan. Dari kawasan Asia, Indonesia menjadi keempat sebagai Negara Tamu Kehormatan yang tampil di festival bergengsi ini, setelah China, India, dan Jepang.

Penyelenggara Europalia memandang Indonesia sebagai negara multi-etnik dengan keragaman budayanya dan sudah saatnya mendapat perhatian dari masyarakat Eropa yang semakin majemuk.

Selain itu sebagai negara kepulauan yang luas dengan lebih 13.000 pulau yang membentang lebih dari 5.000 kilometer dari timur ke barat, dengan sekitar 255 juta penduduk, 300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa, menjadi pertimbangan pihak penyelenggara bahwa Indonesia patut tampil di Europalia.

Europalia Indonesia ingin memberikan pandangan terbaru tentang budaya dan seni Indonesia dan menunjukkan bahwa tidak hanya satu melainkan banyak Indonesia, yang budayanya sangat beragam dan kaya.

Kekayaan akan perbedaan geografis, ekonomi, dan sosial membuat Indonesia memiliki budaya yang terus bergerak dan beraneka ragam di mana seni visual, arsitektur, desain, sastra, musik, teater, tari dan film berpadu bersama.

Europalia Arts Festival Indonesia mengangkat tiga tema besar yaitu "Ancestors and Rituals, Biodiversity, dan Exchange". Ketiganya ditampilkan melalui lima program seni pertunjukan, sastra, pameran, musik, dan film.

Dalam even itu disajikan berbagai kegiatan seperti pameran, musik, seni pertunjukan, sastra, hingga film.

Ajang akbar itu melibatkan sebanyak 486 pekerja seni dalam pelaksanaan 226 karya dan program kegiatan, 69 pertunjukan tari dan teater, 71 musik, 36 sastra, 38 film dan 14 pameran.

Dari beberapa seniman sastra puisi dan prosa yang berangkat ke Brussels, nama-nama penulis yang berpartisipasi di antaranya Margareta Asmatan, lksaka Banu, Norman Erikson Pasaribu, Ben Sahib, Zubaidah Djohar, Godi Sawarna, Tan Lioe Ie, Intan Paramadhita, dan Ayu Utami.

Adapun untuk tema-tema film yang akan ditampilkan adalah sosial, anak-anak urban, seni tempat tinggal, agama, wanita, makanan, politik, dan seni sinema.

Terkesima

Raja Belgia Philippe Lopold Louis Marie dan Ratu Mathilde saat membuka festival itu pada Selasa (10/10) lalu sangat tertarik untuk menyimak dan melihat seratusan artefak kuno dari berbagai daerah yang ditampilkan Indonesia.

Raja dan ratu yang didampingi Wakil Presiden RI dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla terlihat terkesima memperhatikan dan mendengarkan seorang ahli sejarah yang menjelaskan setiap artefak yang ditampilkan.

Bahkan, Raja dan Ratu Belgia beberapa kali berputar di beberapa artefak untuk melihat secara rinci penjelasan tertulis di sisi kiri bawah masing-masing artefak.

Beberapa artefak kuno yang ditampilkan, antara lain, terbuat dari kayu, perunggu, emas, perak, dan batu, seperti dari Sumateta Utara, Sulawesi Selatan, Jawa, NTT, NTB, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Bukan saja melihat seratusan artefak, Wapres mengajak Raja dan Ratu Belgia serta rombongan menyaksikan sejumlah tari tradisional Indonesia. Pertunjukan tari, gerak, dan nyanyi yang disuguhkan adalah Nani Topeng Losari, Suara Papua, dan Saman Gayo Lues.

Rampai Indonesia menjadi tajuk yang melekat pada setiap persembahan, yang dipersiapkan dengan matang melalui kerja keras para pelaku seni dan budaya yang lahir dari talenta-talenta muda, baik melalui tradisi maupun sekolah-sekolah tinggi seni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Dari perhelatan seni dan budaya multidisiplin itu diharapkan akan terjadi interaksi antarpelaku, penikmat, pencinta, dan penggagas ajang kesenian dan kebudayaan dari publik dunia.

Promosi Pariwisata

Sisi lain yang bisa dimanfaatkan dari penyelenggaraan Europalia selain memamerkan kekayaan budaya, adalah menjadi ajang promosi pariwisata Indonesia bagi warga Eropa.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjadikan Europalia Arts Festival Indonesia 2017 yang berlangsung di Belgia sebagai ajang untuk mempromosikan objek wisata Indonesia, mengingat wisatawan asal Eropa selama ini sangat potensial.

Kemenpar beranggapan, meskipun Europalia lebih banyak menampilkan budaya tapi kegiatan itu juga tak lepas dari produk pariwisata.

Ajang promosi dinilai penting karena wisatawan asal Eropa selama ini tercatat sebagai pelancong dengan jumlah terbesar kedua setelah China yang datang ke Indonesia.

Wisatawan Eropa yang datang ke Indonesia mencapai 2-2,2 juta orang setiap tahun, terbesar dari Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Rusia.

Manfaat Europalia dijadikan ajang promosi pariwisata disebabkan 60-65 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia tertarik alam dan budaya, sementara sisanya untuk tujuan olahraga. Jadi festival ini dinilai tepat untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia.

Europalia sebenarnya bukan ajang promosi pariwisata bagi Indonesia karena ajang pameran wisata terbesar sesungguhnya adalah ITB Berlin di Jerman setiap Maret dan WTM di Inggris setiap November.

Dari sisi pariwisata, kebudayaan merupakan salah satu potensi dan kekuatan Indonesia sebagai destinasi wisata, khususnya wisatawan asal Eropa sehingga kegiatan ini harus dikomunikasikan lebih luas ke negara sumber pasar wisatawan mancanegara, khususnya wilayah Eropa.

Kemenpar tentu berharap, dengan mempromosikan kegiatan ini pada akhirnya meningkatkan citra kekayaan dan keragaman budaya Indonesis yang pada ujungnya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya dari Eropa. (ant/yps)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.