Profil Mus Mulyadi, Buaya Keroncong Indonesia

Buaya Keroncong Indonesia, Mus Mulyadi mengembuskan napas terakhir di usia 73 tahun.
Musisi Keroncong legendaris Mus Mulyadi dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (11/4). (Foto: Instagram/erick_mus)

Jakarta, (Tagar 11/4/2019) - Musisi Keroncong legendaris Mus Mulyadi dikabarkan meninggal dunia, Kamis (11/4). Kabar pertama kali diketaui melalui unggahan media sosial Instagram milik anak sang Maestro, Erick Haryadi. Sosok Buaya Keroncong itu, mengembuskan napas terakhir di usianya 73 tahun.

"Selamat jalan Papa, papa udah ga sakit lagi... maaf in aku yang belum bisa membahagiakan papa. papa sudah bersama Bapa disurga. Amin," tulis Erick Haryadi melalui akun @erick_mus, Kamis (11/4).

Beberapa waktu berselang, musisi yang juga kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf juga mengunggah ucapan belasungkawa melalui akun Instagramnya.

"RIP Mus Mulyadi (Arista Birawa, Favorite Grup), Pionir Pop Keroncong Indonesia. Selamat jalan sahabat, pahlawan musik Indonesia. Damai dalam pelukan-NYA. (Kabar duka dari Stanley Tulung)," katanya melalui akun @triawanmunaf.

Mus Mulyadi dikenal publik sebagai salah satu pegiat musik Keroncong tanah air. Lagu-lagu seperti Telomoyo, Jembatan Merah dan Dinda Bestari menjadi populer semenjak dia bawakan dalam bagai keriaan musik.

Terlahir dengan nama Mulyadi, di Surabaya pada 14 Agustus 1945, kakak dari musisi Jazz Mus Mujiono itu menghabiskan masa kecil hingga remajanya di kota kelahirannya itu.

Mus Mulyadi adalah anak ketiga dari delapan bersaudara, dari pasangan Ali Sukarni dan Muslimah. Bakat seninya tumbuh secara otodidak karena pengaruh keluarga. Meski begitu, Ayahnya yang pemain Gamelan, tidak pernah mengarahkan untuk mengikuti jejaknya.

Tiga saudaranya memilih berkecimpung dalam bidang seni tarik suara. Dua kakaknya yakni Sumiati, berprofesi sebagai penyanyi keroncong di Belanda. Sedangkan abangnya Mulyono dikenal di Surabaya sebagai penyanyi keroncong.

Sementara adiknya, yakni Mus Mujiono, terjun ke dunia musik dengan memilih musik jazz dan pop sebagai jalur pilihan kariernya.

Semasa hidup, Mus Mulyadi sempat mendirikan dan mengasuh band yang berisi tiga belas orang wanita sebagai personilnya, Irama Puspita. Belakangan, tiga dari perempuan-perempuan itu hengkang dan diam-diam pindah ke Jakarta, untuk kemudian bergabung dengan sebuah band wanita di ibukota bernama Dara Puspita.

Mus juga sempat bergabung sebagai pemain bas sekaligus vokal, dalam grup band bentukan Busro Birawa, yakni Arista Birawa pada tahun 1964. Lalu sempat pula membentuk kelompok musik The Exotic, juga sebagai pemain bas merangkap vokal.

Lewat band The Exotic, Mus dan kawan-kawan berhasil merekam 2 album Pop dan Keroncong dalam bentuk vinyl/plat. Dalam cover, album tersebut Mulyadi mulai menggunakan nama Mus Mulyadi sebagai nama resminya. Tambahan kata Mus ia ambil dari penggalan nama ibunya.

Pada tahun 1971 Mus Mulyadi mengerjakan rekaman solo di Remaco, diiringi kelompok musik Empat Nada pimpinan A. Riyanto. Dirinya kemudian setuju saat ditawari bergabung dengan grup tersebut.

Empat Nada kemudian bermutasi menjadi Favourite's Group, dengan personil  Mus Mulyadi (vokal/Rhythm), A Riyanto alias Kelik (Keyboard/Vokal), Nana Sumarna (Bass), Eddy Syam (Gitar) dan M. Sani (Drum).

Mereka kemudian masuk dapur rekaman di Musica Studio. Lahirlah lagu: Cari Kawan Lain, Angin Malam, Seuntai Bunga Tanda Cinta, Nada Indah. Kaset ini ternyata meledak dan langsung mengangkat popularitas band ini.

Mus kemudian mencoba bersolo karir dengan menyanyikan lagu keroncong pop. Diluar dugaan, hasilnya ternyata luar biasa dan meledak di mana-mana, seperti lagu Kr. Dewi Murni.

Kasetnya laku keras. Setelah itu, julukan Buaya Keroncong pun melekat padanya. Saat show ke luar negeri seperti Belanda atau Amerika, ia dikenal sebagai The King of Keroncong.[]

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.