Presiden Filipina Dikecam Karena Cium Bibir Wanita Pekerja Asing di Korsel

Kelakuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengundang kecaman karena mencium bibir seorang pekerja wanita Filipina saat kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat mencium bibir wanita pekerja Filipina di Korea Selatan. (Foto: BBC)

Manila, (Tagar 5/6/2018) - Kelakuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengundang kecaman karena mencium bibir seorang pekerja wanita Filipina saat kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan. 

Mengutip BBC, saat itu Duterte berbicara dalam sebuah pertemuan dengan Overseas Filipino Workers (OFWs) atau kelompok pekerja Filipina yang ada di Korea Selatan.

Awalnya, dua wanita Filipina diundang untuk bergabung dengan Duterte di atas panggung untuk menerima buku dari Duterte.

Dia memeluk yang pertama dan memberinya ciuman di pipi sebelum menunjuk wanita kedua untuk mencium bibirnya.

Setelah berlarut-larut maju-mundur, dengan tawa gugup dari wanita muda itu dan gerakan berulang oleh Duterte, sang presiden akhirnya membungkuk untuk mencium bibir wanita itu.

Adegan itu lantas membuat tepuk tangan dan sorak-sorai yang hadir di tempat tersebut yang sebagian besar adalah pekerja Filipina.

Ironisnya, wanita yang dicium tersebut justru mengatakan "tidak ada kejahatan" dalam ciuman itu.

Wanita itu - yang diidentifikasi sebagai Bea Kim - kemudian dikutip oleh Kantor Berita Filipina mengatakan bahwa presiden telah menanyakan apakah dia masih lajang, yang dia jawab bahwa dia menikah dengan seorang Korea.

Dia menambahkan bahwa insiden itu "tidak berarti apa-apa kecuali untuk menghibur dan membuat orang Filipina lainnya dalam pertemuan itu bahagia".

Media sosial di Filipina pun ramai mengecam aksi presiden mereka tersebut.

"Berciuman di depan sebuah acara publik di negara lain sangat tidak etis, garis antara etis dan tidak etis, moral dan tidak bermoral yang kabur ke Duterte selama itu melayani kepentingan pribadinya," tulis Kyle Eunice melalui akunnya (@kyleeelilipop di Twitter, Minggu (3/6).

Adegan ciuman itu lantas digambarkan sebagai "sandiwara yang menjijikkan dari seorang presiden yang tak menghargai kesakralan pernikahan" oleh kelompok hak-hak wanita Filipina, Gabriela.

Gabriela mengecam peristiwa itu dan mengatakan itu adalah bagian dari upaya Duterte untuk membelokkan isu-isu dan popularitas Duterte yang semakin berkurang.

"Aksi kejantanannya yang berulang-ulang dimaksudkan sebagai hiburan untuk menyembunyikan realitas popularitasnya yang melorot dengan cepat akibat isu pembunuhan di luar hukum, Undang-undang Reformasi Pajak untuk Percepatan dan Inklusi dan skandal korupsi besar-besaran yang sekarang mengganggu pemerintahannya," katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (4/6).

Ini bukan pertama kalinya Duterte dituduh berperilaku yang tidak pantas terhadap wanita. Jauh sebelumnya, Duterte juga telah memicu kemarahan dengan serangkaian komentarnya yang dilihat sebagai hal yang tak menghargai wanita.

Pada April 2016, ia berbicara kepada kampanye pemilihan umum tentang pembunuhan 1989 dan pemerkosaan seorang misionaris wanita Australia di Davao, di mana dia adalah walikota pada saat itu.

"Saya marah karena dia diperkosa," katanya. "Itu satu hal. Tapi dia sangat cantik, seharusnya walikota dulu, sayang sekali." Kantornya kemudian meminta maaf atas komentarnya.

Awal tahun ini, Mr Duterte mengatakan kepada tentara Filipina mereka harus menembak pemberontak komunis perempuan di vagina.

Kedua insiden tersebut menyebabkan kritik yang kuat dan serangan di media sosial.

Namun, terlepas dari serangkaian tuduhan tak menghargai wanita kepada Duterte, ia tetap populer baik di Filipina dan terutama dengan para pekerja Filipina di luar negeri yang tergabung dalam Overseas Filipino Workers (OFWs).

Oleh para pekerja Filipina di luar negeri, Duterte disukai karena dia memproyeksikan citra tegas dan tegas Filipina; figur ayah untuk menjaga negara dan anak-anaknya saat mereka bekerja di luar negeri. (Fet/bbc)

Berita terkait
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina