Prabowo Akui Pernah Sarankan Jabatan Presiden Diserahkan ke Orang Lebih Muda

Prabowo Subianto mengakui pernah menyarankan agar jabatan presiden diserahkan ke orang yang lebih muda.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) didampingi politisi Partai Demokrat Marzuki Alie (kiri) menerima sertifikat dari Ketua Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia Budi Djatmiko saat deklarasi dan dukungan terhadap Prabowo-Sandi di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2019) malam. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Jakarta, (Tagar 6/4/2019) - Prabowo Subianto mengakui pernah menyarankan agar jabatan presiden diserahkan ke orang yang lebih muda. 

Konteks tersebut disampaikan calon presiden nomor urut 02 ini ketika bercerita tentang pengalamannya saat menjadi tentara aktif dan masih menjadi menantu Soeharto kepada para akademisi dan para guru besar di Jakarta, Jumat (5/4) malam. 

Prabowo mengungkapkan ia pernah menyarankan Soeharto mundur dari jabatan presiden pada era reformasi 1998-1999. 

"Bukan karena saya tidak loyal pada Pak Harto, justru karena saya loyal pada Soeharto, justru karena saya cinta sama Pak Harto," katanya saat menghadiri acara silaturahmi Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni & Aktivis Kampus (Gerak) Indonesia, di Jakarta, Jumat (5/4) malam, mengutip Kantor Berita Antara.

Baca juga: Saurip Kadi Minta Prabowo Tidak Manfaatkan Agama

Ia mengakui saat itu dihadapkan pada dua pilihan, membela keluarga atau setia pada bangsa dan negara. Akhirnya Prabowo memilih untuk mengoreksi kepemimpinan Presiden Soeharto yang merupakan mertuanya sendiri.

Prabowo menilai Soeharto saat itu berada dalam keadaan yang sulit dan menyarankan agar jabatan presiden diserahkan ke orang yang lebih muda. 

PrabowoPrabowo Subianto saat berorasi dalam kampanye di Lapangan Karebosi, Makassar, Minggu (24/3). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

"Sudah saatnya orangtua kita istirahat daripada duduk di depan mengemudikan kendaraan, ibaratnya, lebih baik serahkan kepada yang lebih muda yang bisa menghadapi kondisi pada saat itu," ucapnya.

Pengalaman tersebut, kata Prabowo, membuat posisi para guru dan dosen di Indonesia menjadi sangat penting karena menentukan arah bangsa ke depan.

Dia mencontohkan kalau para guru mengajarkan muridnya menjadi seorang yang kalah, maka bangsa Indonesia akan kalah.

Baca juga: Prabowo Targetkan Harus Menang Selisih 25 Persen

"Kalau mereka mengajarkan menjadi penakut maka kita menjadi bangsa penakut. Kunci kelangsungan hidup bangsa adalah para guru dan cendekiawan," ujarnya.

Prabowo juga mengajak para guru besar dan profesor untuk "turun gunung" mengatasi persoalan bangsa dan jangan hanya tinggal di "menara gading", namun harus ikut berperan mengatasi persoalan yang dihadapi bangsa.

Dia menilai untuk apa memperoleh gelar profesor namun tidak bisa melihat masih ada kebodohan yang terjadi di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Gerak Indonesia mendeklarasikan dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Sandi.

"Saya Muhammad Budi Djatmiko memproklamirkan dan mendeklarasikan bahwa Gerak Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus mendukung sekuat-kuatnya pada Prabowo-Sandi," kata Presiden Gerak Indonesia, Budi Djatmiko.

Baca juga: Prabowo-Sandiaga Didukung Kaum LGBT di Jawa Barat, Ini Tanggapan BPN

Dia berharap apabila Prabowo menjadi Presiden dapat memperjuangkan peningkatan anggaran pendidikan bagi perguruan tinggi swasta yang saat ini jumlahnya masih kecil.

Menurut dia, dukungan anggaran bagi perguruan tinggi swasta itu dibutuhkan untuk keperluan riset agar terus berkembang.

"UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 katakan bahwa perguruan tinggi bersifat otonomi. Namun besarnya kungkungan pemerintah kontrol PT swasta dan ini tidak boleh dilakukan," katanya. []

Berita terkait