Pilpres 2019 Kaum Milenial Masih Bingung Pilih Calon Pemimpin

Pilpres 2019, kaum milenial masih bingung pilih calon pemimpin. Belum ketemu bayangan siapa idaman milenial.
Diskusi publik bertema 'Siapakah Capres dan Cawapres Ideal Versi Generasi Milenial?' di Jakarta, Selasa (7/8/2018). (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 7/8/2018) - Ketua Umum PP GMKI Sahat Martin Philip Sinurat mengaku belum memiliki bayangan siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang ideal untuk dipilih kaum milenial.

"Belum ketemu bayangan, wujudnya bagaimana capres cawapres, siapa idaman milenial," ujarnya dalam Diskusi Publik Siapakah Capres dan Cawapres Ideal Versi Generasi Milenial? di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (7/8).

Menurutnya, sosok capres dan cawapres ideal untuk memimpin Indonesia untuk kaum milenial seharusnya tidak lagi membawa isu kebencian, SARA, yang membuat perpecahan satu sama lain di antara anak bangsa.

"Kalau kita lihat secara garis besar harusnya membangun bagaimana politik itu kolaboratif dan keberlanjutan, bukan upaya mengkotak-kotak sehingga dalam kehidupan sehari-hari curiga satu sama lain," terangnya.

Capres Cawapres Versi Generasi MilenialDari kiri Politisi Partai Gerindra Andre Rosiade, pengamat politik Dimas Oky Nugroho, Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) M RIfai Darus, Ketua Umum Gerkan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sahat MP Sinurat menjadi pembicara diskusi publik bertema 'Siapakah Capres dan Cawapres Ideal Versi Generasi Milenial?' di Jakarta, Selasa (7/8/2018). (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Kaum milenial pun memperhitungkan kapasitas pemimpin yang bisa menyelesaikan isu terkini yang semakin kritis, yakni narkoba, radikalisme, pangan, lahan dan tempat tinggal, serta persoalan ekonomi.

"PR capres adalah memikirkan keberlanjutan generasi selanjutnya, kita bisa punya rumah, tempat tinggal, dan bekerja tanpa terjepit ekonomi," lanjutnya.

Sementara itu, Pengamat Politik Dimas Oky Nugroho menilai kaum milenial pada Pilpres 2019 mendatang, memang punya potensi kekuatan sangat besar untuk menentukan pemimpin ke depan.

Jumlah pemilih kaum milenial, kurang lebih ada di kisaran 52-53 persen. "Artinya setengah dari total pemilih 2019," tuturnya.

Kaum milenial, kini, menurutnya tak seharusnya lagi disuguhkan isu perpecahan dan konfliktual. Sebab, kaum milenial inginkan sosok yang otentik, kebaruan, passion, dan atraktif yang keren jika dilihat dari kacamata milenial.

"Mereka memiliki hasrat yang demanding menginginkan sebuah hal yang ideal dalam kacamata millenial, keren," tuturnya.

Capres Cawapres Versi Generasi MilenialDiskusi publik bertema 'Siapakah Capres dan Cawapres Ideal Versi Generasi Milenial?' di Jakarta, Selasa (7/8/2018). (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Sebenarnya, representasi tersebut bisa saja ada di kedua kubu yang mungkin bertarung di Pilpres 2019, yaitu Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Itu bisa saja representasi dalam kubu-kubu yang bertarung saat ini," imbuhnya.

Misalnya, sosok Jokowi dalam pemerintahannya dengan membangun infrastruktur. Karyanya tersebut pada kenyataannya berguna bagi mobilitas kaum milenial.

"Dan itu membuat anak-anak muda ini mobilitasnya luar biasa. Mereka bisa berwisata sampai daerah terpencil dan indah diekspresikan di sosial media, itu adalah era baru bagi mereka, istilahnya politik zaman now," paparnya.

Di kubu lawan, yaitu kubu Prabowo, pun menawarkan kampanye untuk mengubah Indonesia. Notabene, identik juga dengan pola pikir kaum milenial.

"Di kubu yang lain juga menawarkan sebuah kampanye yang sifatnya juga mendorong perubahan dan itu identik juga dengan anak muda," sambung Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) itu.

Dia berharap, siapa pun sosok capres maupun cawapres, dapat mewujudkan semangat baru untuk kemudian ada harapan untuk anak-anak muda memilih calon pilihannya. Tentunya, dengan tak lagi membawa isu perpecahan yang membuat pembodohan politik.

"Artinya sesungguhnya sekarang ini yang dilihat nanti adalah substansi dari gagasan tiap-tiap calon," tandasnya. []

Berita terkait