Pidato Politik AHY, Misbakhun: Manipulatif dan Aneh

Pidato politik AHY, Misbakhun: manipulatif dan aneh. 'Pidato di ruangan sangat mewah, gemanya tidak terdengar rakyat miskin.'
Pidato Politik AHY, Misbakhun: Manipulatif dan Aneh | Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kedua kanan) dan isteri Anissa Pohan (kanan) di acara Silahturahmi Idul Fitri 1 Syawal 1439 H di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/6/2018). (Foto: Antara/Widodo S Jusuf)

Jakarta, (Tagar 18/6/2018) - Politikus Partai Golkar Mukhammad Misbakhun menilai Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pemain baru di gelanggang politik nasional dan belum berbuat sesuatu secara konkret sehingga belum pantas mengkritik Presiden RI Joko Widodo.

"Sungguh sangat aneh cara Mas AHY membuat pidato yang manipulatif dan mengkritik kebijakan Presiden Jokowi dengan mengatasnamakan rakyat. Pidatonya di ruangan yang sangat mewah sehingga gemanya tidak terdengar oleh rakyat miskin yang tinggal di pelosok-pelosok desa di Indonesia," kata Mukhammad Misbakhun melalui pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu (17/6), dilansir Antara.

Menurut Misbakhun, Kepala Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat itu belum memiliki nama dalam nomenklatur politik nasional tingkat tinggi sehingga belum pantas mengkritik langsung Presiden Joko Widodo yang telah menunjukkan karya nyata dari program kerjanya.

Putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, kata Misbkahun, adalah pemain baru di panggung politik nasional dan belum memiliki nomor punggung.

"Sebagai pemain baru, Mas AHY belum berbuat sesuatu secara konkret yang manfaatnya dirasakan untuk rakyat dan negara. Bahkan, kontribusi AHY bagi Partai Demokrat pun belum terlihat," katanya.

Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Timur II (Kabupaten/Kota Pasuruan dan Kabupaten/Kota Probolinggo) ini menilai yang konret dari AHY baru rekam jejaknya sebagai prajurit TNI.

"Mas AHY di panggung politik belum menjadi siapa-siapa, dia juga masih harus membuktikan prestasi dan hasil kerja kepada partainya," kata Misbakhun.

Anggota Komisi XI DPR RI ini juga mencontohkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap AHY pada pemilihan gubernur dan wakil gubernr DKI Jakarta pada tahun 2017 yakni memperoleh suara 17,5 persen dan berada posisi terbawah dari tiga peserta Pilkada.

"Kini, Mas AHY ingin tampil di panggung politik nasional. Saran saya, Mas AHY sebaiknya belajar dahulu kepada adiknya, Edhi Baskoro Yudhoyono atau Mas Ibas. Bagaimanapun Mas Ibas sudah terbukti dua kali terpilih sebagai anggota DPR RI dan kini menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI," kata Misbakhun.

Sebagai ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Misbakhun melihat Ibas terlihat mampu membangun komunikasi politik yang baik dengan fraksi-fraksi lain di DPR RI sehingga terbangun komunikasi yang positif dalam isu-isu politik penting di DPR RI.

Misbakhun juga mengingatkan AHY untuk membuktikan kemampuannya dalam mengangkat suara Partai Demokrat pada Pemilu 2019 yang perolehan suaranya merosot pada Pemilu 2014 jika dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2009.

Kritik dan Silaturahmi

Agus Harimurti Yudhoyono pada 9 Juni 2018 menyampaikan pidato politik bertajuk Mendengarkan Suara Rakyat di JCC Senayan, Jakarta. Dalam pidato berdurasi sekitar 40 menit itu, AHY mengkritik empat hal pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni rendahnya daya beli masyarakat, kenaikan tarif dasar listrik, berkurangnya lapangan kerja, dan maraknya tenaga kerja asing.

Ia juga mengkritik revolusi mental yang sering digaungkan Presiden Joko Widodo. Menurut Agus, revolusi mental tenggelam seiring pembangunan infrastruktur yang giat diterapkan Jokowi.

"Mengapa saya sampaikan itu kemarin? Karena perlu kita sadari karakter bangsa yang beretika, mental kuat tapi juga berjati diri Indonesia seperti yang diharapkan dalam konsep besar revolusi mental mari kita hidupkan kembali. Saya ingin ingatkan kita juga harus memprioritaskan membangun manusia jiwa dari negeri ini," kata Agus saat menghadiri gelar griya (open house) Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (15/6).

Walaupun mengkritik, ia tetap datang bersilaturahmi pada Jokowi pada hari raya Idul Fitri. 

"Saya senang tahun ini bisa kembali bersilaturahim dengan Bapak Presiden dengan Ibu Iriana, apalagi di hari raya Idul Fitri mudah-mudahan terus bisa kita pelihara komunikasi ini baik sehingga bisa menghasilkan gagasan-gagasan yang produktif juga," katanya.

Ia datang bersama istrinya, Annisa Pohan. Agus mengenakan kemeja biru dengan motif tumbuhan putih, sedangkan Annisa mengenakan gamis biru lengkap dengan kerudung biru tua.

Berbeda dengan Lebaran tahun lalu di Istana Negara Jakarta, pada gelar griya tahun ini Agus tidak datang bersama dengan adiknya, politikus Partai Demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono dan istrinya Aliya Rajasa Baskoro. 

"Diawali komunikasi kita bisa tukar pikiran. Ini juga menjadi modal baik bagi masyarakat. Orang mengatakan tahun politik panas tetapi antartokoh harus adem, harus bersilaturahim dan kita harus tunjukkan anak muda itu juga harus menghormat kepada orang tua dan kepada seniornya," tambahnya.

Agus juga menyampaikan salam ayahnya, Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono untuk Presiden Jokowi.

"Oh ya salam dari Pak SBY begitu pula sebaliknya. Beliau (Presiden Jokowi) titip salam untuk kedua orang tua kami di sana," ungkap Agus.

Ia berharap hari raya Idul Fitri 1439 Hijriah dapat menjadi momen untuk mempererat silaturahmi anak bangsa.

"Tentunya mudah-mudahan tidak hanya berhenti di bulan Ramadan kita semua tentu punya niat agar terus menjadi manusia yang lebih baik termasuk dalam menjaga lisan, perkataan kita. Kita tahu tahun ini adalah tahun politik, apalagi tahun depan akan lebih panas lagi tetapi mudah-mudahan kita semua bisa saling menjaga diri, menahan diri, mencegah terjadinya konflik di antara kita," katanya. (af)

Berita terkait