Perusahaan Multinasional Berlomba Buka Kantor di Arab Saudi Sebelum Januari 2024

Sejumlah perusahaan multinasional disibukkan dengan peresmian kantor baru di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh
Ilustrasi - Kota Riyadh, Arab Saudi, setelah Pmerintah Saudi melonggarkan jam malam, menyusul merebaknya penyakit virus corona di Riyadh. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id - Sejumlah perusahaan multinasional disibukkan dengan peresmian kantor baru di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, karena mereka harus membuka kantor pusat regional sebelum Januari 2024. Pembukaan kantor tersebut merupakan salah satu syarat yang ditetapkan kerajaan untuk mendapatkan kontrak pemerintah.

Eksekutif berjas dan pejabat Saudi dengan balutan busana gamis putih tampak berkumpul untuk meresmikan kantor baru, menikmati kopi Arab, seiring dengan serangkaian pujian terhadap negara anggota G20 yang tumbuh pesat itu.

Program kantor pusat regional (regional headquarters/RHQ) Arab Saudi, diumumkan pada Februari 2021, bertujuan agar dapat bersaing dengan Dubai di Uni Emirat Arab, basis favorit perusahaan global di Timur Tengah.

Meskipun ada keluhan dari sejumlah eksekutif bahwa masih ada ketidakjelasan mengenai program Saudi, batas waktu 1 Januari masih tetap berlaku, kata Kementerian Investasi Saudi kepada Kantor Berita AFP dalam tanggapan tertulis.

“Perusahaan multinasional yang menjadi bagian dari Program RHQ akan mempunyai posisi yang baik untuk mengajukan penawaran untuk proyek-proyek yang didanai oleh Pemerintah Saudi,” katanya.

Pemandangan udara Kota RiyadhPemandangan udara Kota Riyadh, Arab Saudi, terlihat dari Menara Mamlaka, gedung pencakar langit 99 lantai, di Riyadh, Arab Saudi. (Foto: voaindonesia.com/AP)

“Hanya perusahaan multinasional dengan kantor pusat regional di Kerajaan yang berhak mengikuti tender dan kontrak yang diajukan oleh entitas pemerintah.”

Sejauh ini, 162 izin kantor pusat regional telah diberikan di berbagai sektor, termasuk farmasi, teknologi informasi, dan konstruksi, “dan banyak lainnya sedang diproses,” kata kementerian tersebut.

Pertanyaan besarnya, kata para analis, adalah apakah perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi hanya sekedar memenuhi syarat untuk mempertahankan akses terhadap dana Saudi atau benar-benar menerima visi pemerintah mengenai Arab Saudi sebagai pusat kawasan.

Melalui Rintangan

Riyadh mendefinisikan kantor pusat regional sebagai kantor yang menyediakan "arahan strategis, manajemen, dan layanan dukungan untuk anak perusahaan, cabang, dan afiliasinya di kawasan (Timur Tengah dan Afrika Utara)," kata Kementerian Investasi.

Salah satu perusahaan, IHG Hotels & Resorts, menempatkan kantor barunya di lantai 12 sebuah gedung pencakar langit di distrik keuangan ibu kota, mempekerjakan 25 karyawan dari departemen manajemen pendapatan, penjualan, pemasaran, desain, dan rekayasa.

IHG telah hadir di Arab Saudi selama hampir 50 tahun, aktif mengajukan proyek pemerintah termasuk pengembangan di sepanjang Pantai Laut Merah dan berencana membuka 20 hotel di seluruh kerajaan pada 2024 dan 2025, kata Haitham Mattar, Managing Director untuk Timur Tengah dan Asia Barat Daya, saat meresmikan kantor pada Oktober.

Namun, perusahaan tersebut juga memiliki kantor di Dubai dan di tempat lain di wilayah tersebut, dan "kami akan terus dengan kantor-kantor itu," kata Mattar kepada AFP.

Tentang proses pendirian kantor pusat regional di Arab Saudi, ia mengakui ada beberapa kendala yang harus diatasi.

“Kami memerlukan waktu dan rintangan untuk mendapatkan lisensi untuk kantor ini. Namun, sekarang kami sudah berada di sana, dan itu sangat baik, dan itu yang kami senang dan positifkan,” katanya.

Pemandangan cakrawala Kota RiyadhPemandangan cakrawala Kota Riyadh, Arab Saudi. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Target 'Ambisius'

Kementerian Investasi telah menunjukkan manfaat bagi perusahaan yang membangun kantor pusat regional di Arab Saudi, termasuk kemampuan untuk mengajukan visa kerja tanpa batas dan memberikan kuota 10 tahun untuk merekrut warga Saudi. Namun belum dijelaskan jenis keringanan pajak apa yang mungkin diterima perusahaan, yang menjadi pertanyaan besar bagi para eksekutif.

Laurent Germain, CEO perusahaan teknik konstruksi Prancis, Egis Group, mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak menyesal mendirikan kantor pusat regional di Arab Saudi pada tahun lalu, dan dia menyarankan perusahaan Prancis lainnya untuk melakukan hal yang sama.

“Kita berada dalam situasi di mana sekarang di Arab Saudi kita mempunyai aktivitas terbanyak di Timur Tengah, dan mungkin demikian dalam 10 tahun ke depan. Itu adalah langkah yang wajar,” katanya.

Germain menambahkan bahwa dia tidak melihat program kantor pusat regional dalam konteks persaingan Riyadh-Dubai. Namun lebih sebagai upaya yang lebih luas untuk mencapai tujuan investasi asing yang “sangat ambisius.”

“Mereka mengambil semua langkah yang mereka bisa untuk meningkatkan daya tarik kerajaan,” katanya. (ah/ft)/AFP/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Sukarelawan di Riyadh Arab Saudi Bagikan Takjil di Jalan
Sukarelawan di Riyadh, Arab Saudi, membagi-bagikan paket makanan kecil untuk pengemudi kendaraan bermotor