Perilaku Menyimpang Masyarakat di MRT Jakarta, Ini Kata Pengamat

Viral foto perilaku menyimpang masyarakat saat mencoba MRT Jakarta, hal itu mendapat perhatian dari Pengamat Tata Kota.
Perilaku Menyimpang Penumpang MRT. (Foto: Twitter/MRT)

Jakarta, (Tagar 28/3/2019) - Sejak MRT Jakarta dirilis oleh pemerintah, masyarakat belum bisa berperilaku tertib. Viral foto masyarakat yang memperlihatkan perilaku menyimpang. Hal itu mendapatkan perhatian dari Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna.

Menurut dia, kebanyakan orang berbuat tidak tertib hingga nyeleneh itu disebabkan ketidaktahuan mereka dengan adanya fasilitas yang ada di dalam MRT tersebut.

"MRT itu adalah kekuatan struktur, kekuatan struktur itu adalah kekuatan komponen aturan, prasarana, fasilitas, gedung, maupun kondisi yang mempengaruhi perilaku orang. Sekarang MRT itu sebetulnya pembentuk perilaku," kata Yayat Supriatna saat dihubungi Tagar News, Rabu (27/3). 

Yayat menambahkan, perilaku yang bagaimana, perilaku yang harusnya berbudaya sesuai dengan kondisi sarana dan prasarana tersebut. Mengapa banyak yang berperilaku aneh, nyeleneh, karena mereka tidak tahu itu barang baru. 

"Nah dalam persepsi orang berpikir ini ada alat pegangan ini buat bergelantungan," ujarnya.

Menurut pandangan Yayat, melihat perilaku masyarakat yang tidak tertib di dalam MRT itu bisa disebabkan karena belum adanya petugas keamanan yang bisa menegur dan mengingatkan.

"Disitu belum terbentuk adanya petugas yang mengingatkan, yang mengajarkan bahwa itu salah. Dalam persepsi orang-orang yang ada selama ini mungkin dia berpikir itu gelantungan buat ayunan bergelantungan, ya kan. Mereka tidak pernah berpikir bahwa itu, sebetulnya alat pegangan orang untuk tidak jatuh atau tidak lepas ketika melakukan perjalanan," ucap dia,

Butuh proses membentuk masyarakat bisa berperilaku tertib, terutama di dalam MRT. Apalagi kebanyakan orang belum punya kepekaan terhadap perilaku kesopanan.

"Sekarang yang jadi masalah, bagaimana perilaku tertib itu terbentuk itu melalui proses. Jadi proses dimana ketika orang sudah tahu bahwa mana yang salah mana yang benar. Nanti ketika pelan-pelan proses itu terjadi, akhirnya pasti akan terbentuklah apa yang diharapkan. Maklumlah kan, walaupun tinggal di kota tapi mentalnya katro," ujarnya.

Adanya perilaku tidak tertib yang ditunjukkan oleh masyarakat sejak keberadaan MRT, lanjut dia menambahkan hal tersebut tidak bisa disebut budaya di masyarakat sekarang ini. Karena untuk mendidik masyarakat agar bisa tertib itu diperlukan proses.  

Jadi untuk membentuk masyarakat untuk bisa tertib itu di dalam MRT, seharusnya ada panduan, ketentuan dan aturan yang berlaku.

"Itu bukan (budaya). Proses pendidikan itu kan by proses, dia butuh waktu. Bukan model telapak tangan. Hari ini jadi tiba-tiba jadi orang baik semua. Semua ada waktunya. Jadi tinggal bagaimana nanti pengelola membuat panduan, ketentuan, yang membuat orang harus tahu aturan," ungkapnya.

"Jadi nanti seharusnya kedepan dibuat panduan, ditambah petugas, diingatkan. Bahkan kalau perlu diberi sanksi. Kalau ditempat lain misalnya ditemukan orang yang melakukan tindakan salah ya diturunkan aja di stasiun yang dianggap memang harus turun dia. Jadi karena dianggap mengganggu kenyamanan perjalanan. Jangan sampai nanti, kayak MRT kita rasa KRL," imbuhnya.

Namun, melihat perilaku aneh yang ditunjukkan oleh masyarakat sejak MRT diluncurkan sejak kemarin, itu karena masyarakat ingin terlihat eksis di media sosial, sehingga mereka mengabaikan tata tertib dalam menggunakan sarana dan prasarana umum.

"Ya tapi kan mohon maaf zaman sekarang kan zamannya media sosial. Orang pengen eksis, ingin terlihat aneh, ingin terlihat ya beginilah. Karena media sosial mempengaruhi perilaku orang gitu. Maka, dibuatlah action atau tindakan-tindakan yang sebetulnya tidak sesuai dengan ketentuan yang diharuskan gitu kan," pungkasnya.[]

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.