Perempuan di Jabar Identik Tamat Sekolah Sampai SMP

Perempuan di Jabar identik tamat sekolah sampai SMP, memicu indeks pembangunan gender (IPG) di Jabar belum ideal.
Sejumlah pelajar memainkan alat musik tradisional calung renteng pada acara Preanger Tourism Fair 2018 di Karangresik, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (14/10). (Foto: Antara/Adeng Bustomi)

Bandung, (Tagar 7/11/2018) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP2KBP3A) Jawa Barat menyebutkan angka Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Jabar belum ideal. Artinya kesetaraan gender di Provinsi yang ber Ibu Kota di Bandung itu belum tercapai

Kepala DP2KBP3A Jabar, Poppy Sophia Bakur, mengungkapkan IPG di Jabar sebesar 89,56 persen dari target 100 persen. Belum tercapainya IPG disebabkan tingkat kesehatan dan pendidikan antara pria dan wanita di Jabar tidak sama.

"IPG ini merupakan indeks komposit yang digunakan sebagai alat evaluasi pembangunan berbasis gender," tuturnya di Bandung, Selasa (6/11).

Poppy menambahkan, pihaknya akan terus memacu IPG akan sesuai dengan target. Sebab itu, tiga aspek penting di Jabar menjadi perhatian Poppy. Menurutnya, aspek kesehatan berupa umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan berupa tingkat pendidikan, dan ekonomi berupa standar hidup layak per kapita akan digenjot DP2KBP3A.

"Memang berbeda dengan IPM, perhitungan IPG ini menggunakan data terpilah berbasiskan data laki-laki dan perempuan, dan untuk ketiga aspek dasar tersebut harus dicapai angka yang baik sehingga nilai IPG yang muncul bisa ideal yaitu, 100 persen," jelasnya.

IPG Jabar rendah dipicu masalah pendidikan dan ekonomi

Kendati mengaku IPG Jabar belum memenuhi target, Poppy mengatakan trennya setiap tahun selalu meningkat. Contohnya IPG dalam aspek kesehatan perempuan tahun 2017. IPG Jabar mencapai 89,11 persen, naik sedikit dari IPG tahun 2016 sebesar 88,35 persen. Atas dasar itu, Ia mengklaim Jabar selalu berusaha meningkatkan IPG-nya agar tidak terjadi ketimpangan.

"Data terakhir (2016) menunjukkan AHH perempuan(74,39 persen) berada diatas laki-laki yaitu (70,57 persen), dan baiknya capaian ini diatas angka nasional yaitu (72,80 persen)," tambahnya.

Namun, berbeda dengan aspek pendidikan dan ekonomi perempuan di Jabar. Data yang disebutkan Poppy tertulis Rata-rata Lama Sekolah (RLS) perempuan di Jabar rendah, yaitu mencapai 7,52 tahun atau rata-rata baru sampai kelas 2 SLTP. Sementara RLS laki-laki di Jabar 8,37 tahun. Ketimpangan itu tak jauh berbeda dalam aspek ekonomi berupa standar hidup layak.

"Demikian pula pengeluaran laki-laki mencapai Rp 14,21 juta tahun, sementara pengeluaran perempuan masih jauh tertinggal yaitu Rp 7,478 juta pertahun. Masih rendahnya beberapa aspek inilah yang menjadikan IPG di Jabar masih belum ideal," ujarnya.

Inisiatif lain untuk memacu mengurangi kesenjangan laki-laki dan perempuan di Jabar muncul dari Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Jabar, Euis Siti Julaeha. Eis mengatakan, sebagai mitra DP3AKB Jabar, BKOW akan menggelar forum diskusi bersama bacaleg perempuan se-Jabar pada Desember 2018. Isu-isu masalah perempuan di Jabar akan menjadi fokus agenda tersebut.

"Forum ini untuk memberikan pembekalan, motivasi juga peningkatan kualitas perempuan terutamanya menyamakan visi misi bagaimana mengurangi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki di Jabar yang masih tinggi ini," pungkas Euis. 

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.