Peredaran Gula Rafinasi di Rumah Tangga Rugikan Industri Gula Nasional, Kok Bisa?

Ketua Tim Peneliti Gula dari Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Masyhuri memperkirakan ada 1 juta ton dari gula rafinasi yang beredar di pasar rumah tangga.
Diperkirakan 1 juta ton dari gula rafinasi yang beredar di pasar rumah tangga.

Yogyakarta, (Tagar 22/5/2018) - Distribusi gula di Indonesia masih jauh dari ideal. Distribusi gula kristal rafinasi (GKR) dan gula kristal putih (GKP) tidak sesuai sasaran. Gula rafinasi yang digunakan bahan baku industri makanan dan minuman, faktanya dijual di pasar rumah tangga.

Ketua Tim Peneliti Gula dari Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Masyhuri memperkirakan ada 1 juta ton dari gula rafinasi yang beredar di pasar rumah tangga. 

"Kami menyayangkan adanya kebocoran distribusi ini," katanya di Yogyakarta, Selasa (22/5).

Dia mengatakan, gula rafinasi bahan bakunya impor harganya lebih murah dibanding gula kristal putih. Gula rafinasi harganya sekitar Rp8.879 per kilogram (Kg). Sedangkan gula putih harganya antara Rp11.500 - Rp12.500 per Kg.

Masyhuri mengatakan, perbedaan harga yang signifikan ini menyebabkan rawan kebocoran. Maka pemerintah harus mengawasi lebih ketat distribusi GKR dan GKP tersebut.

Dualisme distribusi gula di Indonesia memang rawan penyelewengan. Apalagi, antara kebutuhan dengan produksi yang dihasilkan tidak sebanding. Kebutuhan gula putih dan rafinasi 6,8 juta ton per tahun. Sedangkan produksi gula hanya mencapai 2,1 juta ton per tahun.

Menurut Masyhuri, kebocoran gula rafinasi untuk rumah tangga ini merugikan industri gula dalam negeri. "Yang dirugikan jelas gula dalam negeri, karena bahan bakunya dari hasil produksi tebu milik rakyat," jelasnya. (ans)

Berita terkait
0
Laksamana Linda Fagan Perempuan Pertama Kepala Pasukan Penjaga Pantai Amerika
Presiden Biden memuji Laksamana Linda Fagan perempuan pertama sebagai panglima baru Pasukan Penjaga Pantai atau Coast Guard