Perang Saudara di Sudan Selatan Dorong Krisis Makanan

Situasi di Sudan Selatan mendekati “krisis kemanusiaan” dan terancam jadi “konflik yang dilupakan” yang dilanda kelaparan
Seorang warga di Kandak, Sudan Selatan, berusaha menyelamatkan butiran gandum yang berceceran usai dijatuhkan oleh pesawat kiriman Progam Pangan Dunia (WFP), Oktober 2020 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Situasi di Sudan Selatan mendekati “krisis kemanusiaan” dan terancam menjadi “konflik yang dilupakan,” kata Palang Merah Internasional. Upaya damai kedua rival gagal hentikan pertumpahan darah. Sudan Selatan dilanda kelaparan.

Direktur Jendral Komitee Palang Merah Internasional mewanti-wanti, sebanyak 60% penduduk di negara paling muda di dunia itu kian terancam kelaparan. "Tidak ada keraguan bahwa krisis saat ini sedang terseret menjadi sesuatu yang lebih mengerikan,” kata Direktur ICRC, Robert Mardini, Kamis, 11 Maret 2021, mengabarkan kunjungannya pekan lalu.

Sudan Selatan kewalahan memulihkan situasi keamanan selepas perang saudara selama lima tahun yang diklaim menewaskan hampir setengah juta orang.

Pemerintahan persatuan yang dibentuk kedua musuh, Presiden Salva Kiir dan pemimpin oposisi, Riek Machar, dianggap lamban mengimpelentasikan perjanjian damai.

banjir sudanBanjir yang melanda kawasan Bor pada Agustus 2020 menyisakan kerusakan yang memperparah situasi kemanusiaan di Sudan Selatan (Foto: dw.com/id)

Kebuntuan politik di ibu kota Juba melatari gelombang pertumpahan darah di sejumlah wilayah di Sudan Selatan.

Menurut Mardini, konflik di negeri kaya mineral itu merupakan "salah satu krisis kemanusiaan paling rumit di seluruh dunia."

"Kami menyaksikan betapa kelangkaan pangan semakin menyebar. Sementara penularan Covid-19 yang tak tercatat membuat bencana yang sudah akut ini semakin parah."

1. Bencana di Mulut Senjata

Meski pertempuran antara militer dan pasukan pemberontak telah mereda, "pertumpahan darah antara partai-partai kecil atau kelompok pecahan dan antarwarga masih menimbulkan korban jiwa, pengungsian dan kerusakan," kata Mardini.

Dia mengaku berkunjung ke rumah sakit terbesar di Akabo, di timur negara bagian Jonglei, di mana hingga 200.000 pasien dirawat. Menurutnya, kekerasan antarwarga bersumber pada permusuhan lama seputar lahan dan ternak yang dikompori agenda politik dari ibu kota.

Beberapa korban menderita luka tembak, sementara yang lain mengalami serangan seksual atau pemerkosaan, kisah Mardini. Anak-anak kebanyakan mengidap malaria atau dirawat karena kekurangan gizi.

letak geografis sudanLetak geografis Sudan Selatan (Foto: thinglink.com)

"Kasus-kasus ini cuma pucuk gunung es," kata dia. Perang dan kehancuran dikabarkan ikut memusnahkan lumbung pangan di berbagai wilayah.

"Penghitungan kami menunjukkan bahwa hasil panen dari tahun lalu berjumlah hanya separuh dari panen di tahun-tahun sebelumnya." Angka itu didapat di sembilan dari sepuluh negara bagian di Sudan Selatan.

Kondisi ini diperparah oleh bencana banjir pada tahun lalu yang berdampak pada setidaknya satu juta penduduk.

2. Wabah Kelaparan Mengintai

Menurut laporan ICRC, warga yang mengungsi dari perang kerap kesulitan mendapat bahan pangan, air minum, atau layanan kesehatan.

Situasi di Sudan Selatan termasuk agenda pembahasan Dewan Keamanan PBB pada Kamis, 11 Maret 2021. Dalam kesempatan itu, Sekretaris Jendral Antonio Guterres, mewanti-wanti "pertumpahan darah kronis, cuaca ekstrem, dan dampak ekonomi dari pandemi menempatkan tujuh juta orang dalam ancaman kelaparan akut."

Harga bahan pangan sedemikian tinggi, "harga sepiring nasi dan kacang bernilai 180% lebih tinggi dari rata-rata upah harian," imbuh Guterres.

Direktur Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, mengabarkan "dalam kasus ekstrem, para ibu memberi anaknya makanan dari kulit hewan atau bahkan lumpur," kisahnya di depan DK PBB, usai berkunjung ke Sudan Selatan, Februari 2021 silam.

"Warga lokal menyebut tahun 2021 sebagai tahun kelaparan. Dan penderitaan mereka diakibatkan perang dan bencana banjir pada 2019 dan 2020. Mereka terjebak di tengah hujan peluru, dan harus menanggung beban bencana iklim."

PBB sedang melobi untuk membentuk dana darurat sebesar 5,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 79 triliun). Uang itu dibutuhkan guna mencegah bencana kelaparan berturut-turut yang mengancam 34 juta penduduk di tiga negara, termasuk Sudan Selatan.

Hari Jumat, 12 Maret 2021, Dewan Keamanan PBB memperpanjang mandat pasukan penjaga perdamaian PBB di Sudan Selatan selama setahun. Menurut rancangan resolusi, misi utama UNMISS adalah "memastikan agar perang saudara tidak berulang." [rzn/ae (ap, rtr)/dw.com/id. []

Berita terkait
Pemimpin Islam dan Kristen Sudan Sepakat Kebebasan Beragama
Pemimpin agama Islam dan Kristen Sudan telah sepakat untuk bergabung dan menggalakkan kebebasan beragama di negara itu
Donald Trump Akan Hapus Sudan dari Daftar Sponsor Terorisme
Dengan membayar kompensasi sebesar Rp 4,9 triliun Presiden AS, Donald Trump, akan hapus Sudah dari daftar negara sponsor teror
Perdana Menteri Sudan Selamat dari Upaya Pembunuhan
PM Sudan Sudan Abdullah Hamdok selamat dari upaya pembunuhan yang menyasar ke konvoinya di Ibu Kota Khartoum.
0
PKS Akan Ajukan Uji Materi PT 20%, Ridwan Darmawan: Pasti Ditolak MK
Praktisi Hukum Ridwan Darmawan mengatakan bahwa haqqul yaqiin gugatan tersebut akan di tolak oleh Mahkamah Konstitusi.