Peneliti: Sebungkus Rokok Senilai Sayur dan Susu

Peneliti Umi Fahmida mengatakan pengeluaran untuk rokok setara dengan belanja sayur-mayur, telur, dan susu.
Umi Fahmida saat konferensi pers. (Foto: Antara)

Jakarta - Peneliti utama dari organisasi bidang pangan dan gizi kerja sama menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara atau Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) Umi Fahmida mengatakan pengeluaran untuk rokok setara dengan belanja sayur-mayur, telur, dan susu.

"Belanja rokok di Indonesia menjadi pengeluaran terbesar ketiga dalam rumah tangga (12,4 persen dari pengeluaran rumah tangga). Ini setara dengan dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli sayur-mayur (8,1 persen) serta telur dan susu (4,3 persen)," ujar dia dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, dilansir dari Antara.

Keluarga ini bukan cuma ibu. Tetapi juga bapaknya

Menurutnya, apabila pengeluaran rokok 12,4 persen itu disisihkan, akan berkontribusi untuk keragaman pangan yang bermanfaat bagi peningkatan gizi anak.

"Uang itu bisa dibelikan sesuatu yang berguna, mungkin dibelikan telur, ikan, sayur, dan buah. Tentu sangat penting bagi kecerdasan dan kesehatan anak," kata dia.

Berdasarkan hasil analisis data Indonesian Family Life Survey (IFLS), kemungkinan anak dari keluarga perokok mengalami kekerdilan lebih besar daripada anak dari keluarga tanpa perokok. Selain itu, berdasarkan studi dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, anak-anak dari keluarga perokok kronis memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih pendek dan lebih ringan dibandingkan dengan anak dari keluarga tanpa perokok.

Faktor keluarga memang sangat berpengaruh.

"Keluarga ini bukan cuma ibu. Tetapi juga bapaknya“, ujar Umi.

Sedangkan faktor lain adalah pengaruh komunitas, antara lain akses pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, dan ketersediaan pangan. []

Baca juga:

Berita terkait