Pemandian Air Panas Lejja, Eksotis Tapi Mistis

Salah satu tempat wisata yang paling digemari adalah pemandian air panas Lejja di Desa BuluE Kabupaten Soppeng
Tempat Pemandian Air Panas Lejja, Kabupaten Soppeng. Terdapat barbagai sarana yang bisa dinikmati penggunjung. (Foto: Tagar/Irsal Masudi)

Soppeng - Selain dikenal sebagai kota Kelelawar di Sulawesi Selatan, Kabupaten Soppeng menyimpan berbagai hal menarik yang bisa memanjakan mata masyarakat terlebih pada sektor pariwisata.

Salah satu tempat wisata yang paling digemari adalah pemandian air panas Lejja, ada di Desa BuluE Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng.

Terletak di kawasan hutan lindung, diapit bebukitan dengan panorama alam indah. Berjarak sekitar 44 kilometer (Km) sebelah Utara Kota Watansoppeng atau sekitar 14 Km dari ibukota Kecamatan Marioriawa.

Jika ingin masuk di kawasan pemandian air panas Lejja, dari Kecamatan Marioriawa, pengunjung setidaknya melewati empat perkampungan yaitu Batu-batu, Cempa Kere'e, Manorang Salo dan BuluE.

Tagar merangkum perjalanan ke lokasi melalui rute jalan Batu-batu. Akses jalan ke sana terbilang bagus, jalanannya sudah diaspal hitam dengan lebar jalanan sekitar 2,5 meter. Sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan alam yang elok.

Ada perkampungan warga dengan bangunan rumah khas suku Bugis yaitu rumah panggung, jalanan diapit persawahan dan perkebunan jagung milik masyarakat setempat.

Sekitar 10 menit perjalanan dan melewati perkampungan warga, tampak aliran irigasi dan terdengar gemercik air sungai yang melewati bebatuan. Suasana alam semakin terasa, di mana kita bisa merasakan kesejukan udara, hawa dingin menyentuh kulit.

Pepohonan yang rimbun saling beradu, sesekali angin berembus. Sejauh mata memandang terlihat pepohonan tertancap kokoh di atas bebukitan. Kawasan wisata ini merupakan tipe hutan tropis dataran rendah.

Semakin mendekati tempat yang hendak dituju, udara semakin sejuk dan jalan semakin berkelok karena rute yang ada harus melewati kaki bukit.

"Bagus sekali pemandangannya," ujar Gunawan, salah seorang wisatawan yang tengah memandangi bebukitan, Kamis 6 Juni 2019.

Di pintu masuk pemandian air panas Lejja, terdapat enam orang lelaki mengatur pengunjung agar tidak berdesakan. Dua orang perempuan bertugas sebagai penjaga loket tiket masuk.

Untuk masuk, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang Rp 15.000 untuk satu orang dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak. "Sejak pagi tadi sudah ribuan pengunjung datang," ujar salah seorang petugas loket.

Di area parkir terdapat ratusan kendaraan terparkir rapi di kiri kanan jalan, baik roda empat maupun roda dua.

Tadi saya membasuh muka saya dengan mengambil dari sumber air, semoga jerawat saya hilang

Masuk ke lokasi pemandian terdapat empat kolam renang dengan kedalaman berbeda. Kolam utama diperuntukkan bagi orang dewasa, kedalaman dua meter dan kedalaman 1,5 meter. Satu kolam lain untuk anak-anak.

"Untuk kolam ke empat diperuntukkan bagi mereka yang mau bersantai dengan keluarga, untuk masuk kolam tersebut, pengunjung dikenakan tarif Rp 50.000 per jam. Di kolam tersebut memang hanya untuk mereka yang tidak mau diganggu dengan pengunjung lain," jelas Pengawas Kepariwisataan Kabupaten Soppeng, Umar.

Juga ada beberapa kolam-kolam kecil yang dibangun dalam tempat tertutup. Menggunakan tungkup model rumah-rumah wisata berukuran sekitar 5 x 5 meter dilengkapi tirai sehingga tak kelihatan dari luar.

Kolam-kolam tertutup seperti itu diperuntukkan bagi pengunjung yang mempunyai pasangan dan ingin mandi tertutup. Tarifnya sebesar Rp 100.000, untuk sekali pakai bisa sampai dua hingga tiga jam.

Saat pengunjung berendam, di sisi kiri kanan bisa dipakai untuk bersantai. Biasanya jika tidak menyewa tempat istirahat yang disediakan pemerintah, mereka membawa tikar dan konsumsi sendiri. "Kami sekeluarga bawa bekal sendiri dari kampung," kata Indah, salah seorang penungunjung sambil menikmati sajiannya.

Spot FotoSpot foto di Tempat Pemandian Air Panas Lejja, Kabupaten Soppeng. (Foto: Tagar/Irsal Masudi)

Meski di area pemandian, terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan. Di sana selain fasilitas kolam, pengunjung bisa menikmati tiga spot foto dan tempat istirahat, serta dilengkapi satu unit pos kesehatan.

"Pos kesehatan ini disediakan sebagai antisipasi hal yang tidak diinginkan yang menimpa pengunjung," jelas Umar

Tentang Sumber Air Panas

Ke empat kolom di area wisata tersebut berisi air hangat. Sangat cocok merendam tubuh setelah lelah menempuh perjalanan ke lokasi.

Bersumber dari kaki bukit, muncul dari bawah sebuah lempeng batu yang di atasnya tumbuh pohon raksasa berumur ratusan tahun.

Sumber mata air ini panasnya mencapai 65 derajat celsius dengan kandungan 1,5 persen sulfur. Dengan kondisi air tersebut, telur ayam yang direndam bisa matang.

Mengalir sekitar 100 meter menyusuri bebatuan hingga ditampung di kolam renang yang bisa dinikmati pengunjung.

Pemerintah Kabupaten Soppeng kemudian mengelola potensi alam ini menjadi objek wisata dan paling populer dari sekian banyak objek wisata alam di Kabupaten Soppeng.

Mistis Seputar Air Panas Lejja

Pemandian air panas Lejja ini pun tidak terlepas dari cerita mistis yang melingkupi, di antaranya:

Menyembuhkan Penyakit

Dengan kandungan 1,5 persen sulfur, masyarakat memiliki kepercayaan bahwa air panas tersebut bisa menyembuhkan penyakit terutama penyakit kulit, gatal-gatal, rematik dan jerawat.

Penderita penyakit begitu berendam di air panas yang mengepulkan asap sulfur segera merasakan dampaknya, bisa pulih secara berangsur-angsur.

Meskipun hal ini belum bisa dibuktikan secara medis namun banyak masyarakat yang percaya pada cerita tersebut.

"Tadi saya membasuh muka saya dengan mengambil dari sumber air, semoga jerawat saya hilang," cetus Awal, salah seorang pengunjung.

Mendatangkan Jodoh

Muda-mudi yang berkunjung ke sana datang bersama pasangannya ke sumur jodoh dan pohon jodoh. Masih percaya mitos, berkunjung ke Lejja untuk menjadikan pepohonan dan sumur pemandian sebagai tempat meminta jodoh.

Pria Letaki BotolTempat Pemandian Air Panas Lejja, Kabupaten Soppeng memiliki cerita mistis.(Foto: Tagar/Irsal Masudi)

Mereka menggantung botol plastik atau kaleng berisi air di pepohonan untuk dijadikan simbol pengharapan agar niatnya terkabul serta menghampiri sumur jodoh.

Jika niatnya terkabul, maka mereka akan kembali untuk melepaskan plastik atau kaleng tadi dan kembali ke sumur jodoh tersebut.

Kini, di batang pohon besar pada sumber mata air panas itu dipenuhi kain merah dan botol-botol air mineral yang digantung di dahan-dahan rendah.

Menyediakan Sesajen

Di sebelah kiri sumber air panas terdapat satu rumah kecil berukuran tinggi enam enam meter dan lebar sekitar empat meter persegi.

Di dalamnya terdapat ranjang kecil berukuran sekitar satu meter persegi dengan kelambu berwarna merah.

Rumah tersebut biasa digunakan warga atau pengunjung melepas tinja' atau nazar dengan menyerahkan sesajen baik berupa telur ayam kampung, daging kambing atau sapi yang sudah matang.

Selain itu, orang-orang juga biasanya hanya menaruh telur ayam kampung di sekitar sumber air panas. Mereka yang melunasi tinja' atau nazar ini dengan cara meletakkan sesajen di atas bebatuan yang disertai niat.

Sering Terjadi Kesurupan

Salah seorang warga setempat, La Mare menuturkan tempat ini memang dipercaya masyarakat sebagai tempat keramat, angker, dan penuh cerita mistis.

Di sana ada makhluk gaib menjaga kelestarian kawasan. Karena itu para pengunjung terutama anak-anak sekolah yang biasanya lepas kontrol bisa sampai kesurupan. Terutama kalau mereka terlalu lupa diri atau kelewat batas hingga histeris. 

Pengunjung yang tahu hal itu biasanya pamit terlebih dahulu pada “penghuninya” dengan meletakkan sesajen di bawah pohon besar, sumber air panas, barulah bebas bersuka ria di kawasan ini.[]

Artikel lainnya:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.