PDIP Bergejolak, Novel Bamukmin: Siaga Ganyang PKI

Novel Bamukmin dan PA 212 tak gentar dengan reaksi massa simpatisan PDIP terhadap pembakaran bendera. Apel siaga ganyang PKI dipersiapkan.
Ketua Media Center PA 212 Novel Bamukmin meminta pemerintah hentikan proyek ibu kota baru di Kalimantan Timur dan melakukan pembebasan BPJS Kesehatan saat wabah corona. (foto: Tagar/istimewa).

Jakarta - Kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengaku berancang-ancang menggelar apel siaga dengan nama 'Ganyang Komunisme'. Persiapan ini dibuat menanggapi gejolak massa simpatisan PDIP di berbagai daerah pascainsiden pembakaran bendera saat demonstrasi Aliansi Nasional Antikomunis Rabu silam.

"Kita siap gayang PKI (Partai Komunis Indonesia) sampai tuntas, kita sudah siap siaga," kata juru bicara PA 212 Novel Bamukmin kepada Tagar, Jakarta, Sabtu, 27 Juni 2020.

Ia mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan massanya dalam suatu upacara. Novel bilang, tak lama lagi simpatisannya akan berkumpul.

"Sebentar lagi ada apel siaga ganyang komunis," tutur mantan Sekretaris Jenderal DPD Front Pembela Islam (FPI) Jakarta ini.

Sebentar lagi ada apel siaga ganyang komunis

Menurut pengamat kepolisian, Neta S Pane, massa pendukung partai pemenang Pemilu 2019 itu bergejolak pascapembakaran bendera. Dimulai dari turunnya surat perintah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, pelaporan kasus pembakaran ke polisi di berbagai daerah, hingga pemasangan bendara PDIP serentak di wilayah basis massa partai belambang moncong putih.

"Di berbagai daerah massa PDIP sudah terlihat emosional. Untuk menenangkan pendukungnya, Mega perlu muncul dan bicara," ujar Neta.

Di sisi lain, ia menyanyangkan polisi lamban mengusut kasus pembakaran ini. Padahal, kata Neta, banyak saksi di tempat kejadian, begitu juga video dan foto aksi pembakaran tersebar di media sosial.

"Sebelum bentrokan massa di berbagai daerah terjadi, Polri harus segera memproses dan menuntaskan laporan pembakaran bendera PDIP," ujarnya.

Baca juga:

Novel Bamukmin membantah pihaknya membakar bendera PDIP ketika demonstrasi Aliansi Nasional Antikomunis menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) Rabu silam. Menurutnya, PDIP keliru menyimpulkan aksi pembakaran.

"Yang dibakar cuman lembaran plastik bergambar mirip kepala banteng dan itu pun bukan kain ada tali untuk diikat ditiang. Jadi jelas bukan bendera dan kami anggap (laporan ke polisi) itu sangat berlebihan," ucapnya.

Pria bernama asli Novel Chaidir Hasan Bamukmin ini berpendapat, PDIP hanya ingin mengalihkan perhatian masyarakat dari polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Padahal, kata Novel, partai bermarkas di Jalan Diponegoro Jakarta itu menginginkan Pancasila dirubah lewat RUU HIP.

"Hal prinsip dalam negara ini yang mau dirubah oleh PDIP ialah Pancasila menjadi Trisila bahkan Ekasila dan itu yang harus ditangkap," ujarnya.

Saksi di pengadilan kasus Ahok ini mengatakan, penyusupan unsur komunisme dalam RUU HIP sangat besar. Ia menyebut, hampir semua fraksi menandatangani draf RUU HIP kecuali PKS dan Demokrat. "Sejak itu hampir semua ormas Islam sadar untuk bangkit dan bersatu setelah berbeda pilihan acuan politiknya di Pemilu kemarin," ucap Novel Bamukmin.[]

Berita terkait
PDIP Membalas, Novel Bamukmin: Ente Jual Ane Borong
Novel Bamukmin menegaskan PA 212 tak gentar menghadapi ancaman PDIP. Kamu jual saya beli, kata dia.
Kutip 3 Pasal Pidana, PDIP Laporkan Pembakar Bendera
PDIP melaporkan aksi pemabakaran benderanya dengan tiga pasal pidana. Tapi pengamat pidana meragukan pasal itu bisa menjerat pelaku
Kader PDIP Kibarkan Bendera Serentak di Yogyakarta
Kader PDIP di Yogyakarta secara simbolis mengibarkan bendera partai serentak di rumah masing-masing.