Opini Publik di Amerika dan Eropa Terkait Penanganan Corona

Hasil survei Pusat Riset Pew menunjukkan opini publik beragam terhadap penanganan pandemi virus corona (Covid-19) di AS dan Eropa
Seorang perempuan menerima suntikan vaksin Covic-19 produksi Oxford-AstraZeneca di Suresnes, dekat Paris (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Opini publik beragam mengenai seberapa baik pemerintah di negara-negara Barat (Uni Eropa) dan Amerika Serikat (AS) menangani pandemi virus corona (Covid-19). Opini ini berdasarkan survei baru yang dilakukan Pusat Riset Pew. Survei itu juga menanyai sikap masyarakat terhadap vaksinasi wajib.

Laporan situs independen, worldometer, tanggal 9 Januari 2021 menunjukkan jumlah kasus positif virus corona di AS sebanyak 27.673.023 dengan 475.970 kematian. Sedangkan di Eropa dilaporkan 31.422.636 dengan 740.235 kematian. Kematian terbanyak di AS (peringkat ke-1 dunia). Di Eropa kematian terbanyak di Inggris 112.798, disusul Italia 91.580, Prancis 79.423, Jerman 62.597 dan Spanyol 62.295.

Sebanyak 77% warga Jerman beranggapan pemerintah mereka cukup baik dalam menangani wabah, sementara 58% warga AS mengatakan pemerintah AS melakukan pekerjaan buruk.

corona eropaPara pejalan kaki berjalan melintas sebuah peringatan untuk selalu mengenakan masker di tengah pandemi virus corona (Covid-19) di Frankfurt, Jerman, 29 Oktober 2020. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Lebih dari 4.000 warga dewasa ditanyai pendapat mereka mengenai penanganan pandemi di AS, Inggris, Perancis, dan Jerman.

Survei itu dilakukan pada November 2020 dan Desember 2020, sebelum Presiden AS, Joe Biden, menjabat pada pertengahan Januari 2021 dan ketika program vaksinasi dimulai di AS dan Inggris.

Uni Eropa lebih lamban memulai program vaksinasinya. Sebagian warga mengkritik kebijakan Uni Eropa dalam hal persetujuan dan pengadaan vaksin.

Perancis dan negara-negara Uni Eropa lain telah berargumen prosesnya tidak boleh terburu-buru. Perancis memiliki tingkat "skeptisisme vaksin" tertinggi di dunia.

Sebuah jajak pendapat surat kabar terbaru menunjukkan hanya 40% lebih populasi dewasa yang mau divaksinasi virus corona. Presiden Perancis Emmanuel Macron baru-baru ini menolak seruan untuk mewajibkan vaksin.

Survei Pew itu menanyai para responden mengenai sikap mereka terhadap kewajiban vaksin.

warga antreWarga antre di tempat parkir Disneyland untuk vaksinasi massal Covid-19, di Anaheim, California, AS, 13 Januari 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Mario Anzuoni)

“Di tiga negara di mana kami menanyakan hal itu, kebanyakan orang berpendapat itu bukan gagasan baik," kata salah seorang penulis laporan, Kat Devlin, kepada VOA.

“Sejauh ini, 75% di Perancis tidak menyukai gagasan yang mewajibkan vaksinasi. Inggris adalah satu negara yang lebih menerima gagasan untuk mewajibkan vaksinasi -62% menganggapnya sebagai sesuatu yang bisa diterima."

Program vaksinasi itu semakin cepat di Inggris. Lebih dari 12 juta warga telah menerima dosis pertama mereka. Inggris juga mengalami jumlah kematian terbanyak akibat virus corona di Eropa (vm/ka)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Uni Eropa Menggandakan Pembelian Dosis Vaksin Virus Corona
Uni Eropa mencapai kesepakatan dengan Pfizer-BioNTech untuk mendapatkan tambahan 300 juta dosis vaksin virus corona
Amerika Terus Mengejar Ketinggalan Deteksi Mutasi Corona
Amerika tertinggal jauh mendeteksi mutasi virus corona (Covid-19) yang berbahaya, sekarang bergegas mengejar ketinggalannya
Vaksinasi Virus Corona di Uni Eropa Dilakukan Serentak
Presiden Komisi Uni Eropa mengatakan bahwa vaksinasi virus corona (Covid-19) di negara-negara Uni Eropa akan dilakukan serentak
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)