Obat Asma Ini Kemudian Menjadi Narkoba Paling Berbahaya di Dunia

Sabu awalnya adalah obat asma kemudian menjadi narkoba berbahaya di dunia.
Sabu awalnya adalah obat asma kemudian menjadi narkoba berbahaya di Dunia. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 5/3/2019) - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief  ditangkap kepolisian karena kedapatan menggunakan sabu di sebuah hotel di Jakarta, Minggu (3/3).

Penangkapan dilakukan oleh Tim NIC Dittipidnarkoba Bareskrim Polri di Hotel menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat lantai 12 room nomor 14. Dari penangkapan ditemukan beberapa barang bukti seperti: sabu, bong (alat hisap), dan alat kontrasepsi.

Sebenarnya apa sih sabu? Mengapa para politisi, artis sampai kepala daerah terjerat barang haram ini. 

Metamfetamina disingkat met, dikenal di Indonesia dengan nama sabu. Obat psikostimulansia dan simpatomimetik, yang dipergunakan untuk gangguan hiperaktivitas kekurangan perhatian atau narkolepsi. 

Namun, disalahgunakan sebagai narkotika dengan bentuk kristal dari metamfetamina yang dapat dihisap lewat pipa.

Metamfetamina peratama kali ditemukan pada tahun 1871, Nagai Nagayoshi seorang ahli farmasi Jepang melakukan riset di Universitas Humboldt, Berlin. 

Nagoyashi berhasil mengisolasi senyawa efedrina yang berfungsi sebagai stimulan dari tumbuhan Cina, Ephedra sinica. 

Awalnya efedrina diharapkan dapat membantu penderita asma, sayangnya perusahaan Jerman, Merck, menolak memproduksi. Dengan alasan efeknya yang tidak jauh berbeda dengan adrenalin. 

Hal ini membuat Nagayoshi lebih meningkatkan efek efedrina, dan mengembangkannya menjadi metamfetamina. Sayangnya, saat itu belum ada aplikasi praktis metamfetamina dan obat ini sempat terlupakan.

Pada tahun 1919, ada seorang ahli kimia Jepang kembali menuntut ilmu di Berlin, namanya Akira Ogata. Ia berhasil menemukan proses yang lebih mudah dan cepat untuk memproduksi kristal metamfetamina. 

Ogata menggunakan resep efedrina dari Nagoyashi, kemudian menambahkan dengan fosfor merah dan iodin. Resep tersebut kemudian dibeli oleh sebuah perusahaan farmasi Inggris bernama, Burroughs Wellcome & Co dan mulai dipasarkan di Eropa sebagai obat fisiatrik (gangguan kejiwaan). 

Pada tahun 1934, sebuah perusahaan farmasi Jerman bernama Temmler memproduksi metamfetamina untuk konsumsi publik dengan nama dagang Pervitin. Obat tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan konsentrasi dan tingkat kesadaran.

Met sempat digunakan selama Perang Dunia ke-II, agar pasukan tetap terjaga. Sementara pilot kamikaze menggunakannya untuk membantu dalam misi bunuh diri. Mereka diberikan dosis tinggi sebelum melakukan misi bunuh diri dan setelah perang.

Menginjak tahun 1950, met bisa didapatkan dengan resep dokter untuk membantu diet dan melawan depresi. Karena mudah didapat, kemudian digunakan sebagai stimulan nonmedis oleh mahasiswa, supir-supir truk dan olahragawan, sehingga penyalahgunaannya meluas.

Pola ini berubah pada tahun 1960, karena metamfetamin yang bisa disuntikkan tersedia lebih banyak, berarti penyalahgunaan juga meningkat.

Lalu di tahun 1970, pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan penggunaan met ilegal. Setelah itu, geng sepeda motor AS mengontrol hampir semua produksi dan distribusi. Kebanyakan pengguna hidup di pedalaman, dan tidak mampu untuk menggunakan kokain, karena lebih mahal.

Tahun 1990, organisasi penyelundup narkoba Meksiko mendirikan laboratorium yang besar di California, AS. Mampu menghasilkan 22,7 kg zat dalam satu akhir pekan. Kemudian bermunculan lab pribadi yang kecil dari di dapur dan apartemen, sehingga sabu dijuluki zat stove top

Nah, mulai dari sana menyebar ke seluruh Amerika Serikat dan ke Eropa melalui Republik Ceko. Sekarang ini, kebanyakan narkoba yang ada di Asia dihasilkan di Thailand, Myanmar dan Cina. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.