Nini Thowok: Dua Wajah Tradisi Peran di Istana dan Masyarakat

Pementasan ini menampilkan pembacaan sebuah narasi penari sebagai seorang seniman tari lintas gender.
pementasan ini menampilkan pembacaan sebuah narasi penari sebagai seorang seniman tari lintas gender. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 18/11/2018) - Tidak hanya memiliki keindahan alam yang memukau, Indonesia memiliki ragam kesenian yang indah. Salah satunya dapat dilihat dari beragam tarian yang ada di tiap daerah. 

Mengusung tema Indonesia Menari sepanjang November 2018, Galeri Indonesia Kaya bersama Didik Nini Thowok mempersembahkan pementasan yang berjudul Dua Wajah: Tradisi Peran di Istana dan Masyarakat.

Selama kurang lebih 60 menit, Didik Nini Thowok menghibur para penikmat seni melalui tarian lintas gender yang dibawakan dengan lembut dan gemulai. Tarian lintas gender merupakan sebuah tarian dimana penari memerankan karakter yang berkebalikan dengan jenis kelamin dirinya.

Ketika di panggung penari lintas gender akan memerankan seorang penari perempuan dengan segala atribut perempuannya, seperti memakai sanggul, kebaya, dan make-up tetapi di luar panggung ia adalah laki-laki. Tari lintas gender sudah menjadi bagian dari tradisi Indonesia yang dapat coraknya dapat dilihat mulai dari Pawestren (Jawa Timur), Tari Bebancihan (Bali), Bissu (Sulawesi Selatan), hingga Randai (Padang, Sumatera Barat).

Tarian tradisional yang telah berkembang di Istana, pada masa Hamengkubuwono ke VII tertulis di dalam Babad, maupun buku kuno seperti Centhiini. Tari lintas gender yang dikreasikan dengan tari Dwimuka karya Didik Nini Thowok ini ditarikan dengan diiringi alunan tembang Jawa yang indah.

Selain itu, pementasan ini menampilkan pembacaan sebuah narasi penari sebagai seorang seniman tari lintas gender yang telah dijalaninya sejak ia berusia belasan tahun.

“Menari merupakan salah satu langkah dan upaya yang saya lakukan untuk melestarikan tradisi nenek moyang kita. Tradisi tarian ini sudah ada sejak lama, namun tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk mempelajari tarian lintas gender ini. Saya harap dengan ditampilkannya pementasan ini, para penikmat seni dapat lebih tertarik untuk melestarikan maupun mempelajari tentang sejarah tradisi tarian ini,” ujar Didik Nini Thowok .

Didik Hadiprayitno

Dikenal dengan nama Didik Nini Thowok, lahir di kota kecil Temanggung di Jawa Tengah pada 13 November 1954 Lulusan ASTI yang sekarang disebut ISI (Institut Seni Yogyakarta Indonesia) pada tahun 1982. Direktur LKP Natya Lakshita Tari/Natya Lakshita Dance School dan Didik Nini Thowok Entertainment.

Nama Didik Nini Thowok telah dikenal luas di Indonesia sebagai pemrakarsa gaya tari yang unik dengan menggabungkan unsur tari klasik, folk, serta tarian modern. Ia juga salah satu dari beberapa seniman yang melanjutkan tradisi lama "Tradisional Cross Gender" dalam bentuk tarian.

Namanya sebagai salah satu maestro tari dikenal luas di dunia tari Indonesia maupun internasional karena interpretasinya yang luar biasa dalam tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.