Ngeri! Skenario Perang Dunia Ketiga: Empat Blok Pecah, Dimana Posisi Indonesia?

Terjadinya konflik yang berlatar belakang rasis, persaingan senjata nuklir, persoalan intoleransi, intervensi politik dan ekonomi, perebutan ladang minyak, serangan hacker serta kasus pemberontakan di berbagai negara di dunia, kemungkinan besar akan menjadi faktor pemicu perang dunia ketiga.

Jakarta, (Tagar 3/9/2017) - Terjadinya konflik yang berlatar belakang rasis, persaingan senjata nuklir, persoalan intoleransi, intervensi politik dan ekonomi, perebutan ladang minyak, serangan hacker serta kasus pemberontakan di berbagai negara di dunia, kemungkinan besar akan menjadi faktor pemicu perang dunia ketiga.

Saat ini, sebagian besar negara-negara di dunia saling memperkuat hubungan diplomatiknya dengan negara-negara sekutunya atau aliansi organisasinya. Tujuan mereka tak lain untuk melindungi dan mempertahankan diri, bila pecah perang dunia ketiga.

Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok dan Arab Saudi memainkan peran penting sebagai kunci pemicu yang bisa menyebabkan terjadinya perang dunia ketiga atau bisa meredamnya. Namun, itu semua tergantung dari kebijakan politik negara mereka masing-masing, sekaligus perilaku moral para pemimpinnya dalam menyikapi berbagai krisis politik  yang terjadi di setiap negara.

Dalam menyikapi kemungkinan pecahnya perang dunia ketiga, Indonesia tentu perlu berhati-hati dalam membina hubungan dengan berbagai negara, terutama menyangkut kerjasama mililter. Indonesia sebagai negara yang bebas dan aktif serta tidak terikat kepentingan dengan negara manapun (nonblok), harus mulai menentukan arah kebijakan politik internasionalnya. Dalam situasi politik dunia yang cenderung memanas ini, Indonesia harus punya sikap yang jelas dalam menentukan politik luar negerinya.

Sedikitnya ada empat blok negara-negara di dunia yang diprediksi akan terlibat dalam perang dunia ketiga. Setiap blok dari negara-negara di dunia itu, tentu saja memiliki kepentingan politik yang sama secara global.

Presiden AS, Donald Trump pernah bersumpah untuk menomorsatukan Amerika Serikat lewat jargon "America first."  Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump telah mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika. Menurut kolomnis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu. "Ini dunia, di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan Trump di Twitter," kata Goldberg.

Berikut ini adalah prediksi daftar nama-nama negara dalam empat blok besar yang kemungkinan besar ikut terlibat dalam perang dunia ketiga.

Blok Barat

NATO (North Atlantic Treaty Organization/Organisasi Pertahanan Atlantic Utara) merupakan pakta pertahanan yang dibentuk negara blok Barat tanggal 4 april 1949 lalu di Washington, Amerika Serikat. Sebanyak 12 negara, yakni Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal, Inggris, dan Amerika Serikat, menandatangani kesepakatan pembentukan NATO.

Namun ada juga negara yang bukan anggota NATO, tapi menjadi koalisi AS. Bahkan, negara-negara yang ada di dalam blok itu juga, sering terjadi konflik internal. Namun, ketika perang dunia ketiga pecah, maka konflik internal antarnegara NATO itu akan mereda dan mereka akan bersatu untuk membela NATO. Selain keanggotaan NATO, negara-negara Uni Eropa dan G-20 juga akan berpihak kepada NATO

Blok Timur

Negara-negara yang tergabung dalam blok Timur merupakan sekutu Rusia (Uni Soviet). Negara-negara itu merupakan mantan anggota Fakta Pertahananan Atlantik Utara (Fakta Warsawa). Adapun negara-negara  itu ialah Rusia (Uni Soviet), Cekoslovakia, Jerman dan Hongaria. Sebagian negara lainya tidak termasuk dalam Fakta Warsawa, tapi mereka pro kepada blok Timur. Negara-negara itu antara lain Meksiko, Tiongkok, Korea Utara, Venezuela serta dan beberapa negara di Afrika, diantaranya Somalia dan Sudan.

Untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi blok Barat, Rusia telah melakukan aliansi militer dengan Tiongkok dan negara- negara Asia Tengah lainya. Aliansi militer itu melibatkan enam negara yang tergabung dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO). Aliansi ini pernah melakukan latihan militer bersama yang dipusatkan di wilayah Chelyabinsk. Sebanyak 6.500 personel serta lebih 100 Pesawat tempur terlibat dalam latihan militer ini. Rusia juga melakukan kerjasama militer Collective Security Treaty Organisation (CSTO) yang melibatkan negara Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan

Blok Timur Tengah

Sementara itu, negara-negara Timur Tengah yang tergabung dalam Liga Arab akan berkoalisi dengan Arab Saudi sebagai pimpinan koalisi. Sebagian negara lainnya yang non Liga Arab, terutama negara-negara teluk lainya akan berpihak kepada Arab Saudi dan koalisi. Adapun negara-negara itu antara lain Bahrain, Irak, Kuwait, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab, Siprus, Yaman, Yordania, Aljazair, Libya, Maroko, Pakistan, Tunisia.

Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) juga akan ikut bersama barisan negara Liga Arab pimpinan Arab Saudi. Setidaknya, ada 50 pemimpin negara Islam yang akan bergabung bersama Arab Saudi.

Blok Asia Timur

Negara-negara yang tergabung dalam blok Asia Timur didominasi oleh negara-negara ASEAN dan non ASEAN di wilayah Afrika. Adapun negara-negara  itu diantaranya ialah Mongolia, Burma, Filipina, Vietnam, Laos, kamboja, Thailand, Malaysia  dan Indonesia serta beberapa negara lain di kawasan Timur Asia. Di Blok Asia Timur ini, Indonesia memegang posisi kunci karena memiliki hubungan diplomatik dengan beberapa negara Afrika. Tentu saja Indonesia akan memanfaatkan hubungan baiknya dengan negara-negara Afrika yang pernah hadir dalam Konferensi Asia-Afrika di Indonesia.

Yang menarik dari pembagian empat blok negara-negara di dunia ini ialah keberadaan Tiongkok, Rusia dan Korea Utara,  kemungkinan besar, mereka  akan berkoalisi dengan negara-negara blok Asia Timur. Sementara itu, negara-negara Liga Arab cenderung akan berkoalisi dengan NATO.

Ada empat skenario bentuk perang dunia ketiga yang sangat mematikan yaitu:

  1. Adu kekuatan senjata nuklir
  2. Penyebaran virus penyakit mematikan
  3. Perang hacker
  4. Perang intoleransi

Ada tiga pemicu perang dunia ketiga yaitu:

  1. Serangan militer negara-negara Liga Arab ke Qatar
  2. Perang terbuka Israel dan Palestina
  3. Perang terbuka di Semenanjung Korea antara Korea Selatan dan Korea Utara

Melihat fenomena politik yang terjadi akhir-akhir ini, ketiga pemicu perang dunia ketiga di atas mungkin saja terjadi. Keterlibatan AS, Rusia dan Tiongkok dalam tiga konflik diatas, secara langsung menjadi kunci, terjadi atau tidaknya perang dunia ketiga.

Ada satu hal yang juga menjadi komponen penting dalam perang dunia ketiga ini, yaitu keberadaan militan ISIS. Kelompok militan ini diduga kuat akan memihak blok Barat dan Liga Arab, karena sebelumnya, sudah banyak diberitakan bahwa ISIS mendapat dukungan dana dari kelompok negara-negara barat. Berbeda dengan kelompok Al Qaeda, mereka akan berperang dengan blok barat, tetapi tidak berpihak kepada Liga Arab, maupun Blok Timur. Dengan kata lain, Al Qaeda memiliki agenda sendiri terhadap eksistensinya.

Lantas dimana posisi Indonesia dalam perang dunia ketiga? Sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif  dan sebagai negara nonblok, tentu akan memperkuat posisi Indonesia dalam perang dunia ketiga.

Namun, perlu diantisipasi bahwa blok barat dan Liga Arab, jelas memiliki kepentingan politik yang sangat strategis dengan Indonesia. Tentu saja, Indonesia akan menjadi salah satu target blok barat dan Liga Arab untuk diajak berkoalisi dan membawa ASEAN dan Afrika untuk bergabung dengan blok barat. Kalau Indonesia menerima ajakan blok barat,  maka mau tidak mau, Indonesia akan berperang dengan blok Timur dan Asia Timur.

Namun, kalau Indonesia menolak ajakan blok barat dan Liga Arab, maka Indonesia akan berada dalam barisan blok timur untuk berperang melawan blok Barat. Sulit rasanya bagi Indonesia untuk mengambil posisi netral. (analisis/wwn/DBS)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.