Ngek...Ngok...Alunan Musik Gambang Kromong Memukau, Pemerintah Wajib Lestarikan Kesenian Ini

Ngek..ngok...Alunan Gambang Kromong Memukau, Pemerintah Wajib Lestarikan Kesenian Ini. (Foto: wwn)

Jakarta, (Tagar 22/8/2017) - Ngek...ngok...ngek... bunyi alunan musik gambang kromong begitu memukau para undangan yang hadir dalam sebuah pesta pernikahan, di desa Cihuni, Gunung Batu, pinggiran kota Serpong. Daya magnet instrumen musik ini, menjadi semakin menarik, ketika sekumpulan pria dan wanita berjoget santai di depan panggung mengikuti irama. Alat musik jadul gambang kromong ini, terdiri dari gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, sukong, tehyan atau kongahyan sebagai pemain melodi. Kesenian gambang kromong merupakan perpaduan unsur musik budaya Betawi dengan unsur budaya Tionghoa.

Kesenian musik ini sangat erat kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa yang lahir di Jakarta, tempo dulu yang dikenal dengan sebutan suku Tionghoa peranakan. Kesenian musik ini sangat populer di tahun 1930-an. Sekitar tahun 1937 gambang kromong mencapai puncak popularitasnya, salah satu grup gambang kromong yang terkenal waktu itu ialah Ngo Hong Lao, pemainnya orang Tionghoa semua.

Awalnya, kesenian ini bernama gambang. Sejak awal abad ke-20, kesenian gambang mulai memakai alat musik tambahan, yaitu bonang atau kromong. Akhirnya kesenian ini dinamakan gambang kromong. Pada masa itu, hampir di setiap daerah di wilayah Betawi memiliki grup musik gambang kromong, bahkan tersebar sampai ke daerah Jatinegara, Karawang, Bekasi, Cibinong, Bogor, Sukabumi, Tangerang, dan Serang.

Dalam perayaan budaya tradisional Tionghoa, seperti Cap Go Meh, gambang kromong selalu hadir. Repertoar Gambang Kromong yang sangat dikenal masyarakat antara lain ialah Pecah Piring, Duri Rembang, Temenggung Menulis, Go Nio Rindu, Thio Kong len, Engko si Baba. Gambang kromong juga erat dikaitkan dengan lakon pejuang Betawi yaitu Si Pitung.

Pada masa lalu, gambang kromong hanya dimiliki oleh etnis Tionghoa peranakan Betawi yang tinggal di sekitar Tangerang dan Bekasi. Kesenian gambang kromong juga menjadi musik pengiring tarian pergaulan kebudayaan Betawi berunsur Tionghoa yaitu tari Cokek dan tari pertunjukan teater Lenong. Di era tahun tahun 50-an sampai 70-an musik ini, populer melalui peran kocak aktor komedi Betawi, Benyamin S dan Bing Slamet serta penyanyi Ida Royani.

Kini, keberadaan gambang kromong terlihat ‘merana’. Namun, daya hipnotisnya tetap kuat, ketika irama musiknya mulai mengalun. Rata-rata para pemusik gambang kromong sudah memasuki usia lanjut atau sepuh. Generasi milenial tampaknya kurang tertarik dengan gambang kromong. Sayangnya lagi, musik yang memiliki nilai sejarah tinggi budaya Tionghoa dan Betawi ini, surut dari perhatian pemerintah.

Pemerintah wajib melestarikan dan memasukkan kesenian gambang Kromong sebagai salah satu warisan budaya nasional. Sudah sepatutnya, pemerintah mempromosikan kesenian gambang kromong sebagai salah satu destinasi wisata kesenian di Indonesia kepada dunia. Semoga nasibmu abadi Gambang Kromong...(wwn)

Berita terkait
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"