Mohamed Morsi, Eks Presiden Dituduh Pengkhianat Negara

Mantan Presiden Mesir Mohamed Morsi meninggal dunia saat menjalani sidang di Kairo. Dia dituduh penghianat negara.
Mohamed Morsi dalam wawancara dengan Reuters di Kairo, Mesir, 28 Mei 2011. Mantan Presiden Mesir itu meninggal dunia saat menjalani sidang di Kairo, Senin (17/6/2019). (Foto: Reuters/Antara/Mohamad Abd El-Ghany)

Jakarta - Mantan Presiden Mesir Mohamed Morsi meninggal dunia saat menjalani sidang di Kairo pada Senin 17 Juni 2019. Dia menghembuskan napas terakhir di usia 67 tahun.

Al Jazeera dalam laporannya menyebutkan Morsi jatuh dari kursinya saat memberikan keterangan di ruang persidangan. Morsi tak bernyawa sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit. Dia diduga terkena serangan jantung.

Menurut jaksa penuntut umum, Morsi meninggal  pukul 16.50 waktu setempat. Tak ada sedikit pun tanda-tanda serangan jantung bakal diderita pria kelahiran 20 Agustus 1951 tersebut saat mulai masuk ke ruang sidang.

Morsi diketahui mendekam penjara sejak Juli 2013. Ketika maut menjemputnya, Morsi menjalani sidang atas kasus spionase atau memata-matai informasi negara yang dilakukannya dengan kelompok militan Hamas.

Dia divonis penjara seumur hidup karena kasus spionase. Sementara atas kasus lain yang membelitnya, dia diganjar 20 tahun penjara lantaran terbukti melakukan tindakan kekerasan. 

Morsi lahir di El Adwah, Mesir. Dia pernah menjabat sebagai presiden di negara yang terletak di Afrika timur tersebut. Morsi dilantik tahun 2012 berdasarkan sistem demokratis. 

Pada awalnya, Morsi hanya calon cadangan saat kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) Mesir 2012 digelar. Namanya disebut-sebut ketika calon presiden Khairat El-Shater didiskualifikasi. Morsi kemudian menjadi kandidat kepala negara dari Partai Keadilan dan Kebebasan Ikhwanul Muslimin.

Pria kelulusan Universitas Kairo itu dinyatakan menang Pilpres 2012 di Mesir setelah pemungutan suara putaran kedua berlangsung. Morsi meraih 51,73 persen suara mengalahkan kandidat kuat presiden lain kala itu. 

Namun, jabatannya sebagai orang nomor satu di Mesir hanya selama satu tahun tiga hari. Pria yang mendapat gelar doktor di University of Southern California itu dikudeta oleh pasukan militer yang memprotes kepemimpinannya sebagai kepala negara. 

Akibatnya Mohamed Morsi lengser dari kursi presiden pada 3 Juli 2013. Ribuan pendukungnya tak terima. Aksi protes terhadap kudeta yang dijalankan digelar pada 14 Agustus 2013.

Namun, protes tersebut berbuah korban. Militer Mesir membantai sekitar 1500 demonstran hanya dalam sehari. Peristiwa ini dikenal sebagai Pembantaian Rabaa. 

Pada 3 Juli 2013 malam, kesatuan militer kemudian membekukan sementara konstitusi dan membentuk pemerintahan sementara yang diisi oleh para teknokrat sebelum dilaksanakan Pilpres Mesir kembali. 

Morsi lantas ditahan oleh militer. Suami Naglaa Ali Mahmoud itu menghadapi banyak dakwaan, termasuk diduga pengkhianat negara karena melakukan spionase. Bahkan pihak berwenang menduga pendukung Morsi serta Ikhwanul Muslimin digolongkan sebagai organisasi teroris

Setelah selama setahun Morsi dipenjara, ayah lima anak ini bersama 35 pemimpin Ikhwanul Muslimin didakwa kasus spionase kepada Qatar. Tak main-main, vonis yang diterimanya hukuman mati.

Jaksa penuntut umum Emad el Shaarawy menuding Morsi membocorkan dokumen keamanan negara ke sejumlah badan intelejen asing. Selain itu, juga dituduh telah bekerja sama dengan organisasi yang diklaim sebagai kelompok teroris, seperti Hamas.

Baca juga: 


Berita terkait