Untuk Indonesia

Milenial: Keren Jokowi!

Denny Siregar: 'Pemenang fokus pada kemenangan. Sedangkan pecundang selalu fokus pada pemenang, bukan pada kemenangan.'
Personel Super Junior (dari kiri) yakni Ryeowook, Yesung, Donghae, Shindong, Leeteuk, Siwon, dan Eunhyuk, diajari gerakan goyang dayung oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ditemani Ibu Negara Iriana yang berkunjung ke Korea Selatan.(Instagram/Super Junior Zone)

Oleh: Denny Siregar*

#DaebakJokowi.

Begitulah trending di Twitter sekarang, yang dalam Bahasa Korea kira-kira "keren, Jokowi". Kata ini di-tweet oleh para K-popers, atau penggemar Korean Pop, aliran musik dari Korea yang sedang melanda generasi milenial Indonesia.

Generasi milenial Indonesia menyambut dengan senang ketika Jokowi berfoto bersama grup Kpop terkenal Super Junior, atau sering disingkat Suju. Nama Jokowi langsung menjadi hits di mata mereka dan tagar #DaebakJokowi merajai trending di media sosial.

Gerakan politik Jokowi bertemu dengan Suju disela kunjungannya ke Korea Selatan, memang menarik. Ia seperti sudah tahu di mana pusat magnet milenial terbesar di Indonesia sekarang ini. Dan Jokowi berada di titik terkuatnya.

Generasi milenial Indonesia sering disebut sebagai generasi apolitis, atau tidak peduli dengan politik.

Seorang teman pemilik salah satu stasiun radio besar bersegmen anak muda, pernah mencoba mengangkat tema politik dalam programnya. Dan ia diprotes habis-habisan oleh pendengarnya.

Politik di Indonesia bagi generasi milenial identik dengan kerusuhan, keributan, ajang caci maki dan segala kebisingan lainnya. Sedangkan generasi ini adalah generasi fun, bersenang-senang dan independen karena sering berkomunikasi lewat internet.

Mendekati mereka susah-susah gampang, apalagi menyuruh mereka untuk memilih siapa Presidennya di tahun depan. Jelas mereka tidak peduli siapa yang menang.

Langkah Jokowi bertemu grup boyband Suju, bisa dibilang langkah brilian. Sontak generasi milenial menoleh kepadanya. Dan citra Jokowi pun terangkat di mata mereka sebagai Presiden yang cool, keren, amazing, wow, top dan segudang kata kekaguman diluncurkan dengan bahasa kekinian.

Jokowi mampu memainkan genderang yang berbeda dalam Pilpres kali ini.

Pilpres 2014 dan 2017 yang hitam dan kelam karena kuatnya hoaks dan SARA dimainkan, seakan ingin dihapusnya di tahun 2019 nanti. Pilpres tahun depan harus menyenangkan, menghibur, megah, dan menggaet milenial sebagai pemilih pemula untuk mengurangi angka golput yang masih besar.

Mendekati Super Junior dalam selingan lawatan di Korea Selatan, adalah langkah yang cerdas, "Kampanye" yang halus dan tidak melanggar aturan. Piawainya Jokowi dalam memainkan bidaknya benar-benar seperti menyusun benteng, kuda dan menteri dalam satu bidang sebelum menyerang dengan kekuatan.

Sandiaga Uno sudah pasti geram. Ia sejak awal mengincar generasi milenial sebagai pangsa pasarnya. Meskipun caranya agak "norak-norak" gimana ya, dengan bahasa "receh" dan berusaha melawak seperti menyamakan tempe dengan tipisnya kartu ATM demi "dibicarakan" di media sosial.

Jokowi bermain jauh lebih megah dan elegan dengan memainkan kesukaan milenial tanpa meninggalkan keeleganan dan keanggunannya sebagai Presiden negara besar.

Jika Sandi selalu "membicarakan" Jokowi dengan sindiran-sindirannya, Jokowi malah sibuk "berbicara" dengan dunia sebagai titik fokusnya. Ia tidak menanggapi Sandi dan banyak orang yang terus menyerangnya. Beda kelasnya.

Sambil mengangkat secangkir kopi yang masih panas dan nikmat, saya jadi teringat perkataan seorang teman. "Den, pemenang itu fokus pada kemenangan. Sedangkan pecundang selalu fokus pada pemenang, bukan pada kemenangan."

Menarik juga kata-katanya. Seruput dulu ah...

*Denny Siregar Penulis Buku 'Tuhan dalam Secangkir Kopi'

Berita terkait