Untuk Indonesia

Mereka Ingin Pemilu Ulang di Pilpres 2019

Kalau kita melihat pola di Jakarta, kita bisa melihat pola yang sama yang sedang dilakukan untuk Pilpres 2019. - Ulasan Denny Siregar
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto disambut warga saat melakukan kunjungan di Ambon, Maluku, Jumat (28/12/2018). Prabowo mengunjungi Ambon antara lain untuk menghadiri syukuran Natal yang digelar DPD Partai Gerindra Provinsi Maluku. (Foto: Antara/Izaac Mulyawan)

Oleh: Denny Siregar*

Banyak orang mengira bahwa kekalahan Ahok di Pilgub DKI, karena iklim politik keras yang digelorakan oleh lawan-lawan politiknya.

Sejatinya itu kurang tepat juga, karena dalam iklim politik yang sangat keras yang menghantam Ahok itu, Ahok masih menang juga setidaknya di putaran pertama, yaitu sebesar 42 persen lebih.

Permasalahan ada di putaran kedua. Pada putaran kedua, diperkirakan tingkat partisipasi pemilih Ahok menurun dari putaran pertama, sedangkan pemilih Anies meningkat. Eep Saefullah, konsultan Anies-Sandi dari Pollmark mengatakan, pemilih Ahok di putaran kedua turun sampai 14 ribu pemilih. Sedangkan partisipasi Anies meningkat tajam.

Ke mana para pemilih Ahok di putaran pertama?

Kemungkinan besar mereka jenuh dengan pemilu putaran kedua, sehingga tidak menggunakan hak pilih. Ada lagi yang berkata, pemilih Ahok di putaran kedua takut dengan isu akan terjadi peristiwa Mei 98 kedua di Jakarta. Sedangkan di sisi Anies, PKS berhasil memobilisasi pemilih supaya militan dengan bahasa "surga dan neraka" berkaitan dengan pemilih non muslim.

Kalau kita melihat pola di Jakarta, kita bisa melihat pola yang sama yang sedang dilakukan untuk Pilpres 2019.

Judulnya adalah "Pemilu Ulang".

Proses delegitimasi KPU dan pemerintah selaku penyelenggara Pemilu, ujung-ujungnya adalah membangun ketidak percayaan masyarakat. Narasi-narasi "KPU curang" menggema di mana-mana dan dikuatkan dengan pernyataan timses Prabowo bahwa Prabowo akan mundur jika Pemilu terindikasi curang.

Ujung-ujungnya nanti saat pencoblosan, ada gerakan besar untuk menuntut Pemilu ulang. Gerakan besar yang mirip-mirip dengan "reuni 212" akan dimobilisir supaya terjadi people power menuntut ada pencoblosan ulang. Mungkin bukan keseluruhan, tapi di beberapa daerah di mana mereka mempunyai kans untuk menaikkan jumlah suara, di Jawa Barat misalnya.

Dan ketika akhirnya diputuskan Pemilu ulang, maka mereka akan memobilisasi militansi pendukungnya untuk memilih. Sedangkan pemilih Jokowi sudah jenuh dengan Pemilu dan tingkat partisipasinya turun jauh.

Pilgub DKI memang menjadi contoh kasus memenangkan pertarungan yang paling diminati oleh pendukung Prabowo. Hanya caranya mereka modifikasi supaya sesuai dengan situasi dan kondisi.

Jika benar begitu, mungkinkah akan ada kemungkinan Pemilu ulang di Pilpres 2019?

Mungkin saja. Jika KPU dan pemerintah akhirnya berkompromi karena tekanan massa, dan membuat keputusan yang salah.

Dan saat itu, kita akan melihat kekalahan Jokowi karena turunnya tingkat partisipasi.

Hati-hati....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait