TAGAR.id, Bremen, Jerman - Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan bahwa Berlin akan "diperas dua kali lipat" jika ingin meringankan sanksi dengan tujuan memastikan impor gas Rusia.
Sementara itu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenksyy, menyebut Rusia sebagai 'negara teroris.' Presiden Zelenskyy menegaskan kembali permintaan agar Rusia diakui sebagai "negara teroris" setelah serangan rudal di kota Vinnytsia menewaskan 23 orang.
"Hari ini sekali lagi membuktikan bahwa Rusia harus secara resmi diakui sebagai negara teroris," kata Zelenskyy.
"Tidak ada negara lain di dunia yang membiarkan dirinya menghancurkan kota-kota damai dan kehidupan manusia biasa dengan rudal jelajah dan artileri roket setiap hari," tambahnya.
Zelenskyy menggarisbawahi bahwa jumlah korban tewas akibat serangan di Vinnytsia dapat bertambah. "Pembersihan puing-puing sedang berlangsung. Puluhan orang dinyatakan hilang. Yang terluka parah termasuk di antara mereka yang dirawat di rumah sakit," katanya.
Menlu Baerbock: Jerman menolak pencabutan sanksi Rusia
Menlu Baerbock, mengesampingkan pelonggaran sanksi terhadap Moskow saat berbicara dengan warga di Bremen.
Dia mengatakan bahwa Jerman "akan menjadi sasaran pemerasan ganda" jika ingin meringankan sanksi.
Baerbock berargumen bahwa ini akan menjadi "undangan bagi semua orang yang menginjak-injak hak asasi manusia, kebebasan, dan demokrasi," karena Rusia telah melanggar hukum internasional "dengan cara yang paling brutal."
Berlin akan mendukung Kyiv "selama yang diperlukan. Dan oleh karena itu, kami juga akan mempertahankan sanksi ini dan pada saat yang sama memastikan bahwa masyarakat tidak terpecah di negara kami."
Anggota parlemen dari sayap kiri Die Linke dan sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) telah menyerukan pelonggaran sanksi sebagai cara untuk mengurangi tekanan pada ekonomi Jerman, mengingat masih adanya ketergantungan pada gas Rusia.
Pertemuan menteri keuangan G20 bahas perang di Ukraina
Para menteri keuangan G20 dan kepala bank sentral akan bertemu di Bali dan akan membahas dampak ekonomi dari perang Rusia di Ukraina.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen, menyebut perang itu sebagai "tantangan terbesar" bagi ekonomi global dan mengatakan para pejabat Rusia "tidak punya tempat" dalam pembicaraan itu.
"Kami melihat efek limpahan negatif dari perang itu di setiap sudut dunia, terutama sehubungan dengan harga energi yang lebih tinggi dan meningkatnya kerawanan pangan," katanya menjelang pertemuan.
Yellen diperkirakan akan mendorong pembatasan harga minyak Rusia sebagai cara untuk membatasi akses dana Moskow dan menurunkan biaya energi.
Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut secara virtual, sama dengan Menteri Keuangan Ukraina, Serhiy Marchenko, yang hadir virtual dan dijadwalkan berpidato pada awal pembicaraan. [rs/ha (AP, AFP, dpa, Reuters)]/dw.com/id. []