Mengawasi Penggunaan Big Data Menjaga Kedaulatan Bangsa

Mengawasi penggunaan Big Data menjaga kedaulatan bangsa. Materi ini menjadi bahasan dalam "Serial Diskusi Menuju Indonesia Emas 2045” yang diadakan GMKI.
"Serial Diskusi Menuju Indonesia Emas 2045” yang diadakan GMKI mengangkat topik "Big Data: Antara Korporasi, Masyarakat dan Kedaulatan Bangsa". Diskusi berlangsung di Ruang Pertemuan GMKI, Jalan Salemba Raya, No 10, Jakarta pada Rabu (14/3). (Foto: Dok/GMKI)

Jakarta, (Tagar 15/3/2018) – Sekfung Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Defli Yuandika Ruso mengemukakan, "Serial Diskusi Menuju Indonesia Emas 2045” yang diadakan GMKI merupakan wadah untuk membahas pengaruh perkembangan zaman terhadap kehidupan mahasiswa dan masyarakat Indonesia.

“Melalui diskusi tersebut, kita dapat meminimalisir syok peradaban akibat benturan-benturan budaya dan teknologi yang terjadi di tengah masyarakat,” kata Defli Yuandika Ruso dalam kegiatan diskusi yang berlangsung di Ruang Pertemuan GMKI, Jalan Salemba Raya, No 10, Jakarta pada Rabu (14/3).

Dalam diskusi, Pengurus Pusat GMKI mengangkat topik "Big Data: Antara Korporasi, Masyarakat dan Kedaulatan Bangsa" sebagai bagian dari rangkaian Serial Diskusi Menuju Indonesia Emas 2045.

Aditya Syarief, Tenaga Ahli Kedeputian II Kantor Staf Presiden yang tampil sebagai pembicara mengungkapkan pentingnya penyeragaman data (satu data) dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah.

"Sinkronisasi data antarlembaga pemeritahan sangat penting agar tidak terjadi tumpang tindih. Pengolahan data harus berbasis pada masalah yang dihadapi masyarakat sehingga kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat kontekstual dan memberi manfaat bagi masyarakat," ujar Aditya.

Peneliti Bandung Fe Institute Tri Sony Saragih memaparkan mengenai Big Data sebagai solusi dalam pemetaan dan hubungan sumberdaya yang dimiliki Indonesia seperti batik, rumah adat, resep makanan, sentimen politik di media sosial dan lain sebagainya.

Potensi kita sangat besar dan beragam di Indonesia. Dengan data, kita bisa mengetahui dan menginventarisir semua kekayaan bangsa. Hal ini penting untuk menguatkan kedaulatan bangsa dan negara," ungkapnya.

Roy Simangunsong (Managing Director PHD Media Indonesia) yang juga pengamat perkembangan teknologi menyatakan bahwa hubungan manusia dan teknologi semakin erat. Hal ini bisa terlihat dari data penggunaan internet, search engine, browser yang semakin intuitif dan mobile device yang menjadi bagian kehidupan masyarakat sehari-hari.

"Semakin banyak informasi berbentuk data yang kita kirimkan, maka semua data itu tentunya tidak bisa diolah oleh otak manusia sehingga mendorong penciptaan mesin yang bisa belajar sendiri (machine learning). Data tersebut dapat menjadi informasi yang bisa membawa kebaikan namun bisa juga menjadi pisau bermata dua apabila tidak diolah dengan tingkat keamanan yg tinggi. Tapi tentunya kita tidak akan bisa menghindari perkembangan ini dan tidak perlu kita hindari karena jelas lebih banyak manfaat daripada mudaratnya ke depan," ujarnya.

Sedangkan Sekretaris Umum PP GMKI Alan Christian Singkali menyampaikan alasan mengapa pembahasan Big Data masuk dalam serial diskusi Menuju Indonesia Emas 2045. Menurut Alan, data sangat penting dalam perencanaan kebijakan dan pengambilan keputusan, khususnya untuk membaca fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.

"Beberapa perusahaan dijital seperti Google, Traveloka, Go-jek, dan lainnya memiliki data tentang kondisi riil masyarakat. Data tersebut dapat diolah lebih lanjut untuk mengetahui perilaku dan kebiasaan masyarakat, bahkan migrasi penduduk di Indonesia. Maka penggunaan dan persebaran Big Data ini harus dapat diawasi dengan sebaik mungkin agar tetap menjunjung tinggi kedaulatan bangsa," pungkas Alan. (yps)

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.