Untuk Indonesia

Menantang Erick Thohir Menghitung Keringat

Pernyataan Erick Thohir soal memilih menteri yang berkeringat sepertinya perlu dikaji dalam dalam karena sangat multi tafsir.
Erick Thohir memberikan sambutan saat upacara pengukuhan dan pelepasan kontingen World Beach Games 1 2019 di Kemenpora, Jakarta beberapa waktu lalu. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)

*Prasetyo Aji Nugraha

Pernyataan Erick Thohir yang meminta Presiden Jokowi memilih menteri yang berkeringat sepertinya perlu dikaji dalam dalam karena sangat multi tafsir. Semoga yang dimaksud berkeringat adalah mereka yang berkeringat untuk Jokowi bukan untuk yang calon presiden yang lain.

Mungkin karena hitungan keringat itu juga yang membuat Erick Thohir dengan tegas gagah berani sekitar satu bulan lalu pernah menyatakan akan menolak menjadi menteri.

Pertama, mari kita periksa siapa yang berkeringat untuk kemenangan Jokowi. Kedua, mulai kapan tetes keringat itu dihitung? Apakah mulai dari Jokowi menjadi Wali Kota Solo? Atau sejak Jokowi maju menjadi gubernur? Atau mungkin sejak Pilpres 2014? Atau jangan-jangan Erick cuma menghitung tetes keringat itu sejak TKN dibentuk?

Kalau sejak wali kota dan terus-menerus berkeringat tanpa henti hingga gubernur, Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 maka tetes keringat terbanyak yang mengalir tidak bisa dipungkiri adalah keringat dari PDI Perjuangan. Jika itu ukurannya maka sudah seharusnya semua menteri ya dari PDI Perjuangan.

Keringat kedua terbanyak itu kira-kira milik sekitar 4 atau 5 organisasi relawan yang berjuang sejak Jokowi dari Solo masuk Jakarta. Dengan demikian maka menteri 2019 - 2023 perlu juga yang dari unsur relawan.

Belum cukup? Indonesia ini negara besar maka keringat yang lain pun harus dihitung dengan tepat dan akurat. Kalau begitu kita tambah. Pertama, PDI Perjuangan, kedua, relawan dari 2012 dan setia hingga 2019, lalu ketiga partai- partai yang ikut mendukung Jokowi jadi gubernur, Pilpres 2014 dan tetap setia di Piplres 2019. Nah partai mana saja itu silahkan googling.

Bara JPRelawan yang disebut juga sangat berkeringat mengantar Jokowi jadi presiden dalam dua periode. Para Relawan Bara JP mulai meramaikan sekitaran Patung Kuda Arjuna Wiwaha untuk memeriahkan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo - Ma'ruf Amin pada Minggu, 20 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Deddy Hutapea)

Karena republik ini penuh masalah yang kompleks maka selain 3 unsur di atas maka kita perlu juga mengakomodir yang non partai dan non relawan yaitu dari profesional. Ayo, kita cari siapa profesional yang setia berjuang untuk Jokowi dari 2012 hingga 2019 ? Setuju? Kalau setuju kita persempit ruang pencarian sang profesional paling berkeringat melalui komposisi TKN.

Semoga Erick Thohir punya kalkulator yang akurat untuk menghitung tetes demi tetes keringat.

Di TKN ada 3 orang yang paling berkeringat karena berada di puncak pengambil keputusan. Mereka berkeringat bukan saja karena bekerja tapi juga sering keringat dingin saat mengambil keputusan. Lalu keringat lagi waktu ngejar donatur, trus keringatan lagi saat dicuekin istri karena jarang pulang. Siapa ketiga orang itu? Pertama, Ketua TKN yaitu Erick Thohir. Kedua, Sekretaris TKN yaitu Mas Hasto Kristianto. Ketiga, Bendahara TKN yaitu Wahyu Sakti Trenggono.

Dari tiga nama itu maka yang berkompetisi keringat saat sesungguhnya tinggal Erick Thohir dan Wahyu Sakti Trenggono. Kenapa tinggal dua? Karena Sekretaris TKN dalam hal ini termasuk dalam unsur partai yaitu PDI Perjuangan.

Singkat cerita, jika Erick Thohir setia pada kata katanya maka dia harus mencoret namanya sendiri dari listing calon menteri. Kenapa demikian? Karena keringat Erick Thohir baru menetes sejak tanggal 7 September 2018 dan tetesannya berhenti pada tanggal 26 Juli 2019, sekitar 10 bulan.

Sementara Wahyu Sakti Trenggono berkeringat basah kuyup memperjuangkan Jokowi mulai dari tim 11 untuk memboyong Jokowi dari Solo ke Jakarta lalu tim transisi 2014. Bahkan juga harus berkeringat karena lebih memilih Jokowi dan meninggalkan jabatan Bendahara Umum PAN di tahun 2014. Kebayang gak gimana keringatannya saat memutuskan tinggalkan partai dan menjadi profesional non partisan hanya untuk mendukung Jokowi

Semoga Erick Thohir punya kalkulator yang akurat untuk menghitung tetes demi tetes keringat, tidak hanya menghitung pengeluaran untuk Republika dan Alif TV yang menjadi pelopor TV umat Islam seperti klaim Erick Thohir di depan Menkoinfo Tiffatul Sembiring 2010 lalu. Semoga Erick Thohir konsisten dengan kata katanya memilih yang berkeringat dan paling berkeringat untuk duduk di kabinet.

Mungkin karena hitungan keringat itu juga yang membuat Erick Thohir dengan tegas gagah berani sekitar satu bulan lalu pernah menyatakan akan menolak menjadi menteri. Awalnya heroik tapi kemudian mengendur sendiri dengan pernyataan berikut “saya cukup di KEIN saja” dan berubah lagi minggu lalu ketika Erick menyatakan “Kalau di KSP saya bersedia”.

Hmmmm, dalam 1 bulan ada 3 pernyataan yang berubah-ubah. Semoga minggu depan tidak berubah lagi dengan pernyataan “Karena Bapak Presiden yang minta maka saya tak kuasa menolak jabatan Menteri BUMN”. Apakah Jokowi akan menjadi kambing hitam dan bumper dari ambisinya? Kita lihat pengumuman kabinet sebentar lagi. []

*Prasetyo Aji Nugraha

Pasca sarjana Nanyang Technological University

Berita terkait
Kirim Bunga ke Istana, Sinyal AHY Jadi Menteri?
AHY kirimkan bunga untuk Presiden Joko Widodo. Rangkaian bunga segar bertuliskan ucapan selamat kepada Presiden terpilih periode 2019-2024.
Jokowi Pastikan Pecat Menteri Jika Tak Serius Bekerja
Presiden Jokowi tegas akan pecat jajaran menterinya di Kabinet Kerja jilid II jika tak serius dalam bekerja.
Susunan Menteri Jokowi-Ma'ruf Diumumkan Senin Pagi
Susunan lengkap menteri dalam Kabinet Kerja jilid II akan diumumkan Presiden terpilih Jokowi besok Senin pagi 20 Oktober 2019.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.