Melihat Bisnis Rambut Skala Rumahan di Desa Karangbanjar, Purbalingga

Bisnis rambut skala rumahan yang digeluti ratusan warga Desa Karangbanjar, Purbalingga justru mendapat efek baik dengan hadirnya bisnis rambut skala industri.
Industri rambut skala besar di Purbalingga justru meningkatkan gairah pelaku usaha rambut skala rumahan. (Foto: Istimewa)

Purbalingga, (Tagar 25/3/2018) - Menjamurnya industri di bidang rambut di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tidak mempengaruhi usaha rambut skala rumahan yang digeluti ratusan warga Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.

Menurut Kepala Desa Karangbanjar Tatang Saputra di Purbalingga, Sabtu (24/3), jumlah pelaku usaha di bidang rambut justru semakin bertambah dengan hadirnya industri di bidang rambut.

Pasalnya, lanjut dia, pelaku usaha rumahan justru ikut diuntungkan karena diajak kerja sama sebagai penyuplai bahan baku rambut.

Saat ini, lanjut dia, jumlah pelaku usahanya mencapai 500 orang, sedangkan kategori pelaku usaha besar sekitar 50-an orang.

Sementara perusahaan besar di bidang rambut yang berskala industri sebanyak 33 perusahaan yang berasal dari Korea.

Jumlah pekerjanya, kata dia, mencapai puluhan ribu pekerja karena setiap perusahaan memiliki pekerja antara 1.000 pekerja hingga paling banyak mencapai 8.000 pekerja.

"Karena perusahaan tersebut membutuhkan bahan baku rambut asli, maka mereka mengandalkan pelaku usaha skala rumah tangga yang sudah lama mengolah rambut yang diperoleh dari masyarakat menjadi rambut yang siap dibuat menjadi bulu mata, wig maupun konde," ujarnya.

Ia mengakui mayoritas pelaku usaha rambut di Desa Karangbanjar merupakan pengolah rambut menjadi bahan setengah jadi yang siap diolah menjadi produk wig maupun alis mata.

Dirinya, kata dia, membutuhkan rambut asli yang diperoleh dari warga maupun usaha salon hingga 1 ton lebih.

Apalagi, lanjut dia, dirinya memiliki kontrak kerja sama dengan salah satu perusahaan pembuat wig dan bulu mata dalam sepekan antara 3-5 kuintal.

Rambut yang diperoleh, kata dia, merupakan rambut yang telah melalui proses pemilihan dan perlakuan agar tidak mudah putus saat dikumpulkan sesuai ukuran panjang rambut.

Kalaupun ada pengrajin wig, bulu mata dan konde, kata dia, untuk sementara hanya tiga orang, selebihnya hanya sekadar pengolah bahan baku rambut menjadi siap digunakan sebagai bahan untuk membuat wig maupun bulu mata.

Agus Susanto, salah seorang pelaku usaha di bidang rambut mengakui usahanya di bidang rambut sudah sejak lama.

"Hanya saja, saya sekadar memproses rambut yang diperoleh dari pengepul dalam bentuk tak beraturan menjadi siap diproses menjadi aneka produk, seperti wig maupun bulu mata," ujarnya.

Harga jual tambut yang sudah dibersihkan dan diikat sesuai ukuran panjang bisa mencapai Rp4,5 juta.

Bahkan, kata dia, rambut yang masuk kategori sampah juga masih bisa dijual dengan harga Rp25.000/kg.

Dalam sebulan, dia mengaku, membutuhkan bahan baku hingga 2 kuintal rambut.

"Sebagian rambut yang sudah diproses ada yang dijual dalam bentuk bahan baku setengah jadi dan ada yang siap dibuat wig," ujarnya.

Peminatnya, kata dia, tidak hanya tingkat lokal, bahkan pembeli dari luar negeri, seperti Turki juga datang langsung ke pengrajin untuk membeli rambut yang sudah diproses dan siap digunakan untuk membuat wig atau produk lainnya. (ant)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.