Mayoritas Warga Taiwan Bertekad Pertahankan Negaranya Jika Ada Invasi China

Lebih dari dua pertiga warga Taiwan bersedia melawan apabila China menginvasi pulau mereka
Pasukan khusus Taiwan melakukan latihan untuk menghadapi invasi (Foto: dw.com/id - Patrick Aventurier/abaca/picture alliance)

TAGAR.id – Lebih dari dua pertiga warga Taiwan bersedia melawan apabila China menginvasi pulau mereka. Ini menurut survei terbaru. Lebih dari separuh responden percaya AS akan mengirim bantuan militer.

Sebagian besar warga Taiwan bersedia mempertahankan pulau mereka dari serangan China, menurut sebuah jajak pendapat yang diterbitkan Rabu (9/10/2024). Sebagian besar juga percaya bahwa kecil kemungkinan serangan itu benar-benar terjadi dalam lima tahun mendatang.

Jajak pendapat yang ditugaskan oleh Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional itu dirilis sehari sebelum Hari Nasional Taiwan, Kamis (10/10/2024).

Jika Beijing menyerang, 67,8% dari 1.214 orang yang disurvei mengatakan akan "sangat bersedia atau agak bersedia" berperang demi membela Taiwan. Sementara 23,6% mengatakan tidak bersedia.

Hampir 64% mengatakan "ambisi teritorial" China di Taiwan adalah "ancaman serius." Pada saat yang sama, 61% mengatakan kecil kemungkinan China akan menyerang dalam waktu dekat.

Sekitar 52% responden mengatakan yakin sekutu utama Amerika Serikat (AS) akan membantu melawan kemungkinan invasi China. Namun, hanya 40% yang percaya bahwa AS akan mengirim angkatan lautnya untuk "mematahkan" kemungkinan blokade oleh China.

bendera taiwanSekelompok anak terlihat bermain di depan gambar bendera nasional Taiwan di Taipei, Taiwan, 13/1/2024. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Intelijen AS: China mungkin menginvasi pada 2027

China, yang meyakini Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, menggelar latihan militer hampir setiap hari di laut sekitar pulau tersebut. Tahun lalu, Direktur CIA William Burns mengatakan ada intelijen yang mengindikasikan bahwa Presiden China Xi Jinping bermaksud menginvasi Taiwan pada 2027.

Menjelang pidato utama Presiden Taiwan Lai Ching-te pada hari Kamis, Beijing mengecam "permusuhannya" terhadap China. Selama ini, Lai sangat vokal membela kemerdekaan Taiwan.

China tuduh AS menyiram bensin ke api konflik

Saat Taiwan mempersiapkan peringatan hari kemerdekaannya, China menuduh Presiden Taiwan Lai Ching-te meningkatkan situasi "permusuhan".

China dan Taiwan berpisah pada akhir perang saudara tahun 1949. China menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya yang pada akhirnya harus dipersatukan kembali, jika perlu dengan kekerasan.

Tiga anggota Kongres AS akan menjadi tamu asing yang hadir saat Lai menyampaikan pidato Hari Nasionalnya, yang kemungkinan akan menyinggung kebijakan China di pulau itu.

Juru bicara pertahanan China Wu Qian mengatakan pada hari Rabu bahwa Amerika Serikat "menyiram bensin ke api masalah Taiwan" dengan menyediakan senjata ke Taipei, dan "mendorong Taiwan selangkah demi selangkah ke dalam situasi perang yang berbahaya."

Presiden China Xi Jinping baru-baru ini menggunakan perayaan hari nasional negaranya untuk menegaskan kembali seruannya bagi penyatuan kembali China dan Taiwan.

"Mencapai penyatuan kembali nasional yang lengkap adalah aspirasi bersama rakyat China," kata Xi. [ae/(AFP, Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
AS Tegaskan Kembali Pentingnya Penyelesaian Damai Soal Sengketa Taiwan
China biasanya memantau dengan cermat pidato para pemimpin Taiwan selama perayaan Hari Sepuluh Ganda